Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pameran instalasi di Museum MACAN.
Karya Ai Weiwei mengkritik skandal tercemarnya susu formula.
DI ruangan bercat putih yang cukup luas, ribuan kaleng susu formula tertata rapi. Kaleng-kaleng bersih susu berbagai merek ini disusun sedemikian rupa dengan gradasi warna dari warna kaleng, memenuhi bidang lantai ruangan itu, membentuk peta raksasa Negeri Tirai Bambu seluas hampir 80 meter persegi. Pada dua bidang dinding terlihat beberapa karya cetak, bertulisan beberapa pernyataan yang cukup pedas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tulisan itu antara lain "Shameless can’t get any more shameless", "This is a senseless and faithless society with no conscience, people will gradually understand that this system is the root of all evil", "It’s easier to control breastmilk than Cow’s milk", dan "There are so many naïve people sacrificing for you, but you are still unhappy". Ada pula "A little part of us dies every day, until the day we can no longer find people under threat in this country" dan beberapa karya cetak lain yang terpasang pada dinding.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengunjung bisa melihat karya seniman kritis asal Cina, Ai Weiwei, bertajuk Baby Formula di Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN), Jakarta, tersebut. Karya-karyanya dipamerkan sejak Juli lalu hingga 8 Oktober mendatang. Ai Weiwei melihat skandal susu formula bayi menjadi daya lenting kreativitasnya untuk mengkritik pemerintah Cina. Dengan 1.800-an kaleng susu formula berbeda merek, seniman ini membuat peta raksasa negeri itu.
Karya ini dibuat untuk merespons kekhawatiran atau ketakutan seputar keamanan susu formula di negara itu. Baby Formula merupakan koleksi Museum MACAN yang cukup istimewa. Sebuah karya lawas Ai Weiwei yang merupakan refleksi kekhawatiran seorang ayah yang saat itu memiliki putra berusia empat tahun.
Ragam karya cetak yang bersanding dengan karya Ai Weiwei Baby Formula di Museum Macan, Jakarta, 2 Agustus 2023. Tempo/Jati Mahatmaji
Dipamerkan pertama kali di Galerie Michael Janssen, Singapura, 10 tahun lalu, karya ini dilatarbelakangi kasus tercemarnya susu formula bubuk oleh melanin. Akibatnya, enam anak meninggal dan ratusan ribu lainnya sakit pada 2008. Warga Cina daratan merasa sangat ketakutan terhadap susu produksi dari Cina hingga mereka membeli susu bubuk dari luar, seperti Hong Kong.
Akibatnya, kantor bea-cukai Hong Kong membatasi pembelian hanya dua kaleng per orang. Hal inilah yang kemudian mendorong Ai Weiwei menciptakan karya cetaknya: ketika ada kebutuhan yang mendesak tapi malah dibatasi, sementara pembatasan pada hal-hal lain yang kurang penting dilonggarkan. Ia menyentil soal kemanusiaan, keamanan pangan, dan kendali ekonomi yang berkelindan. Dengan cerdas Ai Weiwei membahas semua itu.
Dalam Baby Formula, Ai Weiwei mengkritik betapa pemerintah setempat seperti mengabaikan masalah keamanan pangan, kebutuhan anak-anak. Ia mengajukan kritik terhadap negara yang mampu membuat kemajuan teknologi, seperti menempatkan roket atau pesawat luar angkasa, tapi tidak mampu menjamin keamanan isi botol susu yang diminum anak-anak di negeri tersebut.
Mengutip situs Galerie Michael Janssen, tak terkungkung pembatasan pemerintah Cina, Ai Weiwei juga menggunakan Twitter untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Untuk pamerannya di Singapura saat itu, Ai Weiwei mengembangkan dua seri cetakan yang dipilih dari cuitannya mengenai keamanan susu formula bayi yang diproduksi Cina daratan. Hasilnya, karya itu dipamerkan bersamaan dengan peta kaleng raksasa tersebut. Beberapa karya cetakan kemudian bertambah.
Ai Weiwei di Montemor-O-Novo, Portugal, 28 November, 2022. Reuters/Catarina Demony
Karya Ai Weiwei ini pernah dipamerkan di beberapa galeri internasional di berbagai negara. Saat menyusun instalasi kaleng-kaleng ini, dia beberapa kali mengalami kendala sehingga pameran tertunda.
Di Indonesia, kita ingat ada kejadian serupa, meski tidak mewujud dalam karya seni. Sebagian orang tua di Indonesia merasa prihatin atas kasus tercemarnya susu formula pada 2008. David M.L. Tobing, yang juga seorang ayah, kemudian menggugat beberapa lembaga saat itu, yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementerian Kesehatan, serta Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat. Skandal tercemarnya susu formula bermula ketika IPB mengeluarkan hasil risetnya yang menyatakan beberapa susu formula dan makanan bayi tercemar bakteri Enterobacter sakazakii (ES).
Ruang pamer karya Ai Weiwei di Museum Macan, Jakarta, 2 Agustus 2023. Tempo/Jati Mahatmaji
Pengadilan—bahkan hingga tingkat Mahkamah Agung—mengabulkan gugatan yang menuntut pengumuman merek susu formula yang tercemar bakteri itu. Bakteri tersebut ditemukan pada 22 sampel yang diteliti IPB pada susu formula dan makanan bayi pada 2003-2006 sebanyak 22,7 persen. Bakteri ES adalah jenis bakteri yang menyerang selaput otak dan jaringan pencernaan bayi.
Berobyek sama, soal susu, dengan konteks politik yang agak berbeda menjelang Reformasi 1998, sekelompok aktivis perempuan yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli beramai-ramai memprotes pemerintah atas kenaikan harga susu formula yang tak terjangkau para ibu. Mereka juga menyuarakan dukungan kepada penggugat ketika kasus tercemarnya susu formula pada 2008 mencuat, termasuk ketika para tergugat belum juga menjalankan perintah pengadilan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dari Sekaleng Susu Berujung Kematian"