Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Rendy Raka Pramudya memamerkan 12 lukisan terbaru.
Jika dipandang sekilas, karya-karyanya membentuk obyek realis, tapi sesungguhnya abstrak.
Proses berkarya Rendy menghindari referensi, sehingga bentuk karyanya sangat intuitif.
Jika dilihat sekilas, lukisan berjudul Kehendak dalam Penciptaan: Wujud Perkembangan 5, yang tersaji di ruang pameran CAN'S Gallery, tampak seperti hamparan rawa atau danau yang rapat. Selintas, terlihat padatnya vegetasi tumbuhan air seperti teratai dengan daun hijau lebar lengkap dengan bunga-bunga berkelir merah muda yang masih menguncup serta akar pepohonan yang menjalar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun sang pelukis, Rendy Raka Pramudya, mengatakan bahwa lukisan berukuran 120 x 200 sentimeter itu sama sekali tidak menggambarkan pemandangan rawa atau tumbuhan air. Rendy menyebut lukisan tersebut abstrak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mungkin karena pilihan warna hijau dan merah mudah itu memunculkan gambaran seperti itu (rawa dan tanaman teratai)," kata perupa kelahiran 1998 ini ketika dihubungi, Jumat, 7 Juli 2023.
Kehendak dalam Penciptaan: Wujud Perkembangan 5 merupakan satu dari 12 lukisan dalam pameran tunggal Rendy di CAN'S Gallery. Bertajuk "Imagining Noumena", pergelaran selama sebulan itu, 27 Juni-27 Juli 2023, merupakan hasil kolaborasi dengan Artsociates.
Selain itu, ada pula lukisan berjudul Gerak Ruang dalam Noumena 3 yang lagi-lagi seperti menipu mata. Lukisan cat akrilik dan cat minyak di atas kanvas berukuran 100 x 100 sentimeter itu seperti gambaran pepohonan hutan. Warna hijau yang dominan seperti daun dan warna merah identik dengan bunga-bunga. Ada pula garis-garis berpola mirip jaring laba-laba.
Karya berjudul Gerak Ruang Dalam Noumena 3. Tempo/Magang/Andre Lasarus Benny
Namun lagi-lagi, Rendy menegaskan bahwa lukisan tersebut sejatinya abstrak. Bahkan garis yang menyerupai jaring laba-laba itu sekadar goresan garis yang tidak ada maksud tertentu.
Berlanjut pada lukisan lain berjudul Kehendak dalam Penciptaan: Dalam Noumena 2, Rendy menampilkan lukisan dengan garis putih, merah muda terang, dan semburat hitam. Sekelebat, lukisan berukuran 120 x 200 sentimeter itu mirip daun-daun tua yang berguguran. Tapi Rendy tetap menyebut lukisan tersebut bertema abstrak, tidak seperti yang tertangkap mata.
Menurut dia, lukisan-lukisan yang ia tampilkan kali ini merupakan hasil pencariannya terhadap hal abstrak yang baru. "Jadi bisa multi-interpretasi. Lukisan-lukisan itu adalah sebuah realitas lain yang meyakini tentang kedalaman dan tumpukan bentuknya," kata Rendy.
Karya-karya tersebut merupakan respons imajinasi tentang semesta alternatif. Dalam tujuh tahun terakhir, Rendy berusaha keras menjamah ruang kosong yang belum dieksplorasi manusia. Dalam pencarian itulah, Rendy menemukan noumena, sesuatu yang diyakini ada tapi wujudnya tidak pernah ada. Walhasil, noumena menjadi lahan yang menawarkan kebebasan bagi seniman untuk menggali lebih dalam.
Karya berjudul Kehendak Dalam Penciptaan : Dalam Noumena 2. Tempo/Magang/Andre Lasarus Benny
Rendy mengatakan, sebanyak 12 lukisan yang dipamerkan itu ia garap dalam waktu yang sama. Walhasil, tantangan Rendy bertambah karena harus menjaga standar nilai dari setiap lukisan. Tantangan selanjutnya, ia harus membuang jauh-jauh ego sendiri.
Musababnya, dalam upaya menemukan bentuk dan garis yang baru, logika harus disingkirkan sejenak demi menemukan hal baru.
Rendy beralasan, secara tidak sadar, manusia sudah memiliki catatan tentang berbagai bentuk dan benda. "Sama seperti lukisan saya yang dianggap hamparan hutan atau rawa, bentuk itu yang tersimpan di memori manusia lalu diartikan seperti itu," tuturnya.
Selama proses pencarian noumena itulah, Rendy menemukan hal-hal baru seperti sifat material dari cat akrilik dan minyak ketika ditumpahkan di atas kanvas. Dari situ, ia mendapat ilmu tentang bagaimana cat berbeda bahan dasar itu menyerap dan mengalir di atas kanvas.
"Kanvas dan cat itu seperti kehidupan manusia. Cat yang mengalir itu sebagai manusia, sementara pelukis adalah Tuhan yang mengatur dan menyelesaikan gerak cat itu," kata dia.
Meski begitu, Rendy tak menuntut banyak para penikmat lukisannya. Ia tak akan memaksa orang harus tahu tentang makna dari setiap karyanya. "Saya hanya ingin penonton tahu lukisan dan bentuk di dalamnya ada di suatu tempat jauh di sana," kata dia.
Kurator pameran Ganjar Gumilar mengatakan, karya bertema noumena merupakan balasan intuisi seniman dalam menghadirkan realitas baru yang sama nyatanya atau bahkan lebih nyata dari aslinya. Berkat pengalaman inilah, Rendy seakan-akan mengajak dunia membicarakan ulang lukisan abstrak dalam seni kontemporer.
Karya berjudul Kehendak Dalam Penciptaan : Wuug Perkembangan 5. Tempo/Magang/Andre Lasarus Benny
Menurut Ganjar, melalui karya noumena ini, seniman punya peluang untuk mengangkat dan melepas batasan logika yang dibangun. Selain itu, mampu mengantar seseorang pada kualitas makna yang lebih dalam.
Ganjar juga memuji proses berkarya Rendy yang menghindari referensi. Sehingga bentuk-bentuk yang ada dalam lukisannya sangat internal dan intuitif. "Bahkan dia tidak pernah membuat sketsa, tapi saat dilihat secara keseluruhan ada benang merah dari semua karyanya," kata Ganjar.
Rendy Raka Pramudya adalah seniman asal Jakarta yang lebih banyak berkarya di Bandung. Sepanjang kariernya, Rendy telah ikut dalam sejumlah ajang bergengsi, seperti UOB Painting of The Year 2017, The Art House Singapore, Art Fair Philippines, Silverlens Galleries, Ayala Center dan Makati City 2017, serta Shared Coordinates 2018.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo