Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Pengantin Revolusi hingga Perempuan Tua

Puluhan seniman menafsir Hendra Gunawan dalam berbagai medium karya senirupa.

14 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesosok perempuan dengan baju pengantin Cina seolah-olah sedang mengendarai sepeda. Seorang lelaki di belakangnya yang berbaju tentara seperti mendorong sepeda tersebut. Berjudul Struggle, instalasi karya perupa Mulyono itu berangkat dari lukisan Pengantin Revolusi karya perupa Hendra Gunawan. Bedanya, sementara dalam lukisan Hendra sang laki-laki mengayuh, si pengantin perempuan duduk di bagian depannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mulyono hanya salah satu dari 70 perupa yang menghadirkan serta menafsir sosok dan karya Hendra Gunawan untuk menemani pameran 100 tahun sang maestro di Ciputra Artpreneur, Jakarta, 4-16 Agustus 2018. Pameran karya Hendra bertajuk "Prisoner of Hope", sedangkan pameran karya 70 seniman diberi tajuk "Spektrum Hendra Gunawan". Pameran ini diwarnai banyak nama tersohor, seperti Entang Wiharso, Heri Dono, Nasirun, Hanafi, Mella Jarsma, Eddi Prabandono, Butet Kertaradjasa, Yani Mariani Sastranegara, dan Goenawan Mohamad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para seniman mencoba menafsir sang tokoh dalam persepsi dan garapan karya yang beragam gaya dan medium. Mulai dari teknik seni rupa konvensional, seperti lukisan, patung, dan keramik, hingga medium baru, seperti video, assemblage, kolase, instalasi, fotografi, dan media industrial lain. Kurator pameran Rifky Effendi mengatakan kecenderungan mutakhir ini menciptakan kesan tertentu dari cara menafsir, menanggapi, mengapropriasi, daya ungkap suatu pengalaman, dan sudut pandang baru.

"Ada yang menafsir Hendra secara langsung maupun tidak langsung. Tapi memang kebanyakan tidak langsung seperti warna atau spiritnya," ujar Rifky Effendi, kepada Tempo, seusai pembukaan pameran pada Sabtu, 4 Agustus lalu.

Selain karya Mulyono di atas, lihatlah karya Eddy Susanto dalam medium kanvas dan rangkaian huruf Jawa yang membentuk lukisan para perempuan yang menyambut suaminya selepas melaut membawa ikan dalam karya After Hendra Gunawan Nelayan II. Ikan boleh dikatakan merupakan salah satu inspirasi melukis Hendra. Karya-karya di atas menyuguhkan nuansa yang dengan mudah kita kenali gambaran karya sang maestro.

Masih tentang ikan, ada pula karya Theresia Agustina Sitompul. Ia membuat karya berbahan rangkaian brokat, fiber, dan resin membentuk ikan. Lalu, karya Patricia Untario yang mengawetkan tulang ikan dan memajangnya dalam lapisan kaca. Kedua karya tersebut terinspirasi oleh lukisan Hendra yang berjudul Terima Kasih Kembali Protein.

Tak hanya dari gagasan sebagai inspirasi berkarya, ada pula karya-karya yang mencoba menafsir Hendra dari unsur warna. Misalnya seperti yang ditunjukkan dalam karya Muhammad Reggie Aquara dalam Colour Haze dengan campuran warna di kanvas. Atau lukisan Ugo Untoro dalam karya Akhirnya Warna dengan latar lukisan hijau yang mirip dipakai Hendra. Selain itu, karya Kemalezedine yang juga melukis semodel Hendra.

Hendra dan spirit karya yang kerakyatan juga mengilhami puluhan seniman. Nasirun, yang menyuguhkan tumpukan ratusan potongan "kaki" beragam warna dan lelehan cat di bawah wayang-wayang kaki yang dibentuk mirip lukisan kaki Hendra dalam judul Kaki-kaki Rakyat. Ia berangkat dari karya Hendra yang memperlihatkan kaki para perempuan atau laki-laki yang senantiasa bertelanjang kaki tanpa alas.

Lihatlah karya Hanafi dengan lukisan seorang perempuan bermulut monyong khas lukisan Hendra, duduk di bale-bale, berjudul Kere Munggah Bale. Gagasan kerakyatan juga disampaikan Nindityo Adipurnomo dengan medium video, yang menyuguhkan para perempuan tua yang sedang menganyam pandan menjadi tikar.

Profil perempuan memang lekat dalam karya Hendra sebagai simbol rakyat dan sebagian besar menjadi obyek lukisan. Salah seorang kurator Pameran 100 Tahun Hendra Gunawan, Aminudin T.H. Siregar, mengatakan karakter perempuan dalam karya Hendra sangat kuat. "Kaki lebar dan betisnya besar sebagai tanda kerja keras menopang kehidupan. Payudara besar karena banyak memberi kehidupan kepada anak-anaknya," ujarnya dalam diskusi dan peluncuran buku Surga Kemelut Pelukis Hendra karya Agus Dermawan T. DIAN YULIASTUTI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus