Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hikmat Gumelar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LELAKI TUA & MAINAN KANAK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
belajar bermain lagi
di bawah hijau kanopi
dedaun mangga
lebih seabad
sudah dua belas purnama
istrinya pindah
ke bawah harum aroma
serakan bunga kamboja
anak-anak sudah beranak-pinak
tinggal berserak di pulau-pulau seberang lautan
tinggal mainan mereka rapi tersimpan di gudang
satu demi satu dibersihkan dari ramat & debu
sesekali membuatnya terbatuk-batuk
satu demi satu diperbaiki hingga berkilau
sesekali membuatnya tersedu atau tersenyum
satu demi satu
dari congklak ke Astrajingga & Gatotgaca
dari sepeda-sepedaan ke mobil-mobilan
lalu dibawanya ke lumut & rumput halaman
tempat dulu saban hari kebanjiran
sorak lantang & ledakan tawa anak-anak
lalu ia pun melangkah
seperti mereka yang sudah
berserak di pulau seberang lautan
belajar bermain lagi
di bawah hijau kanopi
dedaun mangga
lebih seabad
ia tak peduli orang melintas lewat
pada cekikikan seraya
memiringkan telunjuk di jidat mereka
ia terus mencoba
bermain sepeda-sepedaan
bermain mobil-mobilan
bermain congkak
bermain bersama
memanjang
bayangnya
ia terus hanyut begitu
sampai mentari surup
VBI-11022
LANGSUNG MABUK
kembali, setelah puluhan tahun,
kita bertemu
tapi kita tak pernah terputus
kita selalu
terhubung
melangkah menapak tanah
makan, minum, berumah
& sejenisnya secukupnya belaka
semua yang disebut orang banyak
milik kita
seperti tubuh & pakain
kita yakini benar
hanyalah titipan
pun begitu napas & nyawa
itulah rasa-rasanya jembatan
yang terus menghubungkan
namun jembatan pun menjauhkan
dari situlah muncul
gugusan halimun
namun gugusan halimun pun
beralih lambat laun
dari yang membuat kita mengutuk
menjadi pemungkin kita merunduk
menginsyafi secerlang apa pun
mata orang
tetap saja tak dapat
melihat segala
bahkan, dari semesta
yang dapat dilihatnya
sebutir pasir belaka
itu pun tak seluruhnya
barangkali itu
pemungkin begitu kita bertemu
meski lengan kita tak menjulur
kita langsung mabuk
mereguk kian berlimpah
anggur
saling mendekap
VBI-112022
KANKER DELUSI
hujan angin merobek
kalender
sembilan november
aku hanya merunduk
membungkuk
memunguti
satu demi
satu kepingan
jejak
kuyup seluruh tubuh
tapi ini tangan kurus
& meski dengan gemetar
tetap bersikeras
membersikan debu
melumuri
kepingan-kepingan
jejak
menata menjadikannya
mosaik
hikayat hayat
ada memang
bahkan banyak
kepingan jejak
melukai pelupuk
mematahkan tulang rusuk
menujah lambung
tetapi hujan angin malih
menjadi badai petir abadi
jika sisa kelender habis
digerogoti
kanker delusi
sekejam-kejam kenyataan
tetaplah itu satu-satunya tempat
pun sahabat terdekat
hayat
merangkai hikayat
menjadikannya
Ayat
VBI-112022
Bermukim di kaki Gunung Manglayang, Hikmat Gumelar menulis puisi, cerita pendek, dan esai. Ia sekarang Koordinator Program Institut Nalar Jatinangor.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo