Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nermi Silaban
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan Pulang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya lebih suka panorama hutan tanpa keinginan apa-apa;
Berapa jauh yang telah direlakan hutan
demi jalan berliku-liku ini;
fauna yang belum kita baca
dari buku-buku pelajaran, juga flora,
avertebrata, atau mungkin seonggok tulang
dari silsilah yang hilang selama ini.
Itu semua untuk perjalanan kita
menjumpai lagi kampung masa kecil,
dan makam-makam tua
yang terpencil di dalam ingatan.
Saya tidak dapat mengira
bagaimana hutan bertahan di tengah suara
gemeretak api, lolongan primata,
dan napas sesak orang-orang desa
di sela-sela hari yang buram; udara kusam,
mata pedih, dan nyawa yang terkulai.
Langit tampak tak terharu,
lalu sebuah kamera datang
untuk kita mendengar seorang fatalis
bicara di seberang sana:
Tuhanlah yang mengirimkannya!
dan kepiluan dibiarkan hingga jadi arang.
Saya tidak pernah bisa menduga
sudah berapa luas yang diberikan hutan
demi panorama sawit yang terbentang itu;
ladang-ladang yang belum mengenal palawija,
perayaan musim panen, atau mitos-mitos
dari tanah adat yang dihapus perlahan-lahan.
Itu hanya membuat hilang
jati diri kita, suatu hari segalanya
akan serupa museum di dalam benak
atau dongeng yang hanya dibacakan
dari buku-buku atau ingatan
yang semakin tua dan punah.
2019-2020
Iin Farliani
Midnight Blue
seseorang membetulkan
letak yang salah
pada rak buku
bersama ingatan perihal kekasih
yang tiba sekarat
ia berbaring memunggungi
pemandangan di luar
yang berlari di pintu
dan angin sakit merayu
lewat celah jendela
sebuah kuningan tiang jatuh
tak kuat menahan beban dari
gorden yang basah karena tangis semalam
membunyikan pagi yang hening
mencintai lantai yang dingin
pernah ada jejak tikus di sana
memasuki mimpinya sebagai kecemasan
selamanya akan ia dengar
seseorang menyapu barang bekas
dan membanjiri halaman dengan air cucian
ia ingin kalah dan berlari ke dalam selimut
agar tangannya tak lagi mencuri
kenangan buntung
tapi masih juga
pengeras suara dini hari
menyakitinya sebagai insomnia
dan menawarkan kelaparan yang merusak
lewat namanama tuhan
ia ingin selamanya berbaring
memandangi pagi yang beraduk
dengan malam
seperti kejatuhan kopi pada celana jins
atau sebagai warna gaun Hatsumi
Norwegian Wood di separuh bagian
Pejarakan, 2020
Nermi Silaban lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 17 Juli 1987. Menulis cerpen dan puisi. Buku puisinya bertajuk Bekal Kunjungan. Kini ia bekerja dan menetap di Yogyakarta.
Iin Farliani lahir di Mataram, Lombok, 4 Mei 1997. Alumnus Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mataram, ini bergiat di komunitas sastra Akarpohon Mataram.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo