Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Puisi Willy Ana dan Alexander Robert Nainggolan

Willy Ana lahir di Bengkulu dan tinggal di Depok, Jawa Barat.  Alexander Robert Nainggolan lahir di Jakarta dan tinggal di Tangerang, Banten. 

5 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Willy Ana

Koyak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Kau tak mencari mataku yang kristal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika tirai langit mulai koyak oleh uapan tanah yang luka


Kau juga tak memeluk peraduanku yang patah

ketika baut-bautnya lepas dari rongga biliknya


Padahal kau selalu menjadi angsa yang memberi riak

pada kolam ku yang bening


Menggiring petang sambil sesekali menghitung denyut

pada kesal yang menyelinap. 


Kau juga acapkali menuang petuah pada ratapku yang tak berujung 

Hingga isakku tak lagi tersedu


Namun hingga siang pun mulai rebah

Tak kulihat ekormu yang biru

Bahkan malam layu seperti lidahmu yang gagu


Kau bersembunyi di antara riak dan tenang

agar surya tak menembusnya


Haruskah aku menghapus siluet wajahmu

pada bayang petang meski tak kulihat sekatnya 


Lembar demi lembar telah ku eja 

Namun tak kutemukan kalimat yang yatim untuk kudustakan.


Aku tak lagi menjadi kelinci yang rebah di tubuhmu.

Sebab wangi citrusmu tak lagi membiusku.

Depok, Oktober 2023

Alexander Robert Nainggolan

Silsilah di Mata Merah Penyair Anwar

di mata merahmu, kata-kata berkerumun

akhirnya kau tempuh juga jejak itu

mengunjungi leluhur

meskipun tak pernah kautanyakan berapa lama lagi umur

yang pernah tertinggal di badan


bukankah segala rahasia telah datang hilir mudik

di muara enigma

pada rumah gadang

tiang-tiang kayu yang tertopang

tempat engkau engkau mengiris kata

menempanya bersama silau cahaya


di lorong parit dalam

ada remah-remah ingatan

membentang seperti rimbun pohon di kegelapan

kampung halaman semacam tirai berwarna kelabu

acap ingin disibak serupa menyemai semak


engkau bersikeras menguak

menanak luka dan duka

menebas batas silsilah


jalan-jalan kampung

lingkaran silsilah

betapa engkau rekam dalam runcing diksi

di kedap suaramu 

hingga 1000 tahun lagi


namun kita mesti berangkat

menginggalkan pelabuhan lama

semuanya sudah tanak

ada yang berkerak

di sekujur tubuhmu


ah, betapa kata-kata itu kerap mengganggu

jadi sembilu di dada

membekas hingga di akhir kata

di paru-parumu dan remas sejarah yang jadi candu


di mata merahmu, ada rimbun pohon

mengunyah masalalu

ingin disibak selalu 

hingga engkau lungkrah di sabana

merebut sunyi yang telah luruh

di ujung daun


engkau terus mengiris kata

di tubir mata merahmu

2023

Willy Ana lahir di Bengkulu, 29 September 1981. Puisinya disiarkan di berbagai media cetak dan online. Buku puisinya  antara lain Tabot Aku Bengkulu (2016) dan Petuah Kampung (2017). Ia adalah inisiator sekaligus Ketua Festival Sastra Bengkulu

Alexander Robert Nainggolan (Alex R. Nainggolan) lahir di Jakarta, 16 Januari 1982. Karyanya berupa puisi, cerpen, esai, dan tinjauan buku yang dipublikasikan di media cetak serta online. Buku puisinya antara lain Silsilah Kata (2016) dan Dua Pekan Kesunyian (2023).

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus