Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Rehal-amarzan

Pengarang: anwar el-sadat, tira, jakarta, 1983.

11 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENCARI IDENTITAS sebuah Autobiografi Oleh: Anwar el-Sadat Penerbit: Tira, Jakarta, 1983, 483 halaman KETIKA Komite Perwira Merdeka yang dipimpin Nasser melancarkan kudeta tak berdarah, 22 Juli 1952, Anwar Sadat sedang menonton bioskop bersama anak-anaknya. Ia baru menggabungkan diri setelah para "perwira merdeka" menguasai markas besar militer di Kairo. Besoknya, Nasser menugasi Sadat mengumumkan kudeta itu melalui Radio Mesir. Ketika Nasser terbaring sakit, Desember 1969 ia menghidupkan lembaga wakil presiden, dan menunjuk Sadat menduduki kursi itu. Padahal, sebelumnya, "Nasser tak pernah mempercayakan pekerjaan penting kepada Sadat, karena ia menilai tokoh itu tidak efisien," tulis Edward R.F. Sheehan dalam The New York Times Magazine. Delapan belas hari setelah Nasser wafat, 28 September 1970, Anwar Sadat naik ke puncak kekuasaan. Tapi, dalam Mencari Identitas - judul aslinya: In Search of Identity - Sadat menempatkan dirinya sebagai tokoh sentral pergolakan Mesir Baru. Ia memang menyebut sejumlah nama, mulai Najib sampai Hassan Al Banna - bapak Ikhwanul Muslimun. Namun, mereka hadir sekadar sebagai saksi bagi perjalanan kebesaran seorang Sadat. Bahkan Nasser, dalam buku ini, dikesankan tampil secara kagok, karena "kebetulan" Sadat sedang berada dalam penjara. Buku ini merupakan satu di antara dua dokumen penting yang bisa digunakan dalam meletakkan Sadat di latar sejarah. Buku lainnya adalah Autumn of Fury,, karya Mohamed Heikal. Tapi, isi kedua buku itu bertolak belakang. Masa kecil Sadat yang kusut dan suram dalam Autumn, berubah menjadi manis dan penuh kenangan dalam Mencari. Semua langkah politik Sadat, yang dihujat Heikal dalam Autumn, justru menjadi wajar dan reasonable dalam autobiografi. Lalu, di mana tempat Sadat sesungguhnya? Tanpa kedua buku itu, Sadat tetaplah tokoh besar yang tidak bisa dilupakan sejarah. Di luar tingkah lakunya yang kontroversial (ia menjuluki dirinya Stalin ketika mengusir orang-orang Rusia dari Mesir), tidak scdikit tindakan politiknya yang menentukan corak perubahan dunia, khususnya Timur Tengah dan dunia Arab. Maka, seorang yang telah membaca Autumn tak bisa tidak harus merelakan waktunya untuk menyimak buku ini. Tanpa berbuat demikian, ia menutup peluang bagi informasi berimbang. Anwar el-Sadat, yang mati ditembak pada 6 Oktober 1981, memang meninggalkan sejumlah kontroversi. Buku ini, tak urung, merupakan bagian dari kontroversi itu. Amarzan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus