Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEMERBAK BUNGA DI BANDUNG RAYA Oleh: Haryoto Kuno Penerbit: Granesia, Bandung, 1986, 1.116 halaman BUKU ini kado untuk Bandung alias Kota Kembang. April tahun lalu, genaplah 80 tahun usianya. Inilah paparan sejarah sebuah kota yang pernah dijuluki "The Garden of Allah", juga "Parijs van Java", atau "Bunganya Kota Pegunungan di Hindia". Ia seperti mesin-waktu yang mengajak kita menyusuri Kota Bandung dan sekitarnya, dari masa prasejarah - zaman Sangkuriang - hingga kini. Tema pokoknya, pengelolaan dan pelestarian lingkungan alam Bandung. Konsep perencanaan "kota taman", seperti diperkenalkan Ebenezer Howard di Inggris, kala itu, menurut Kunto, mengalir ke Bandung. Seporsi konsep pada lahan hijau, lapangan terbuka, boulevard, dan sabuk hijau. Lalu dia memaparkan wajah "kota taman", yang disesuaikan dengan alam tropis Indonesia. Demikian pula bentuk arsitektur bangunannya. Dukungan dana yang besar karena larisnya hasil perkebunan di sekitar dan upaya "Bandoeng Vooruit", sebuah lembaga swadaya masyarakat, waktu itu, mengantarkan Bandung ke masa keemasannya, t920-30. Bahkan kota ini sempat diusulkan menjadi ibu kota Hindia Belanda. Tapi Perang Dunia II keburu meletus. Paparan Kunto, dalam bukunya ini, terinci. Lihat, bagaimana dia menggambarkan jenis hijaunya Bandung tempo doeloe, nama dan kisah bunga, serta pohon pengisi taman dan peneduh jalan. Juga jenis burung plus satwa yang pernah meruak angkasa Bandung tak lupa dicatatnya. Karena Kunto bertutur dalam gaya warung kopi (atau seperti mendongeng menjelang tidur), buku ini memang ringan untuk siapa saja. Tapi ada kelebihan "dosis". Karena itu, terasa agak bertele-tele di beberapa bagian. Seandainya diakhiri dengan meringkaskan sejarah kota ini secara sistematis, tak hanya ramai dengan deskripsi, buku ini berfaedah sebagai landasan menata kota di masa depan. Jika digabungkan dengan buku Kunto Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), buku ini ini merupakan "primbon" yang legkap tentang sebuah kota dari kota-kota lain setingkat Bandung, di negeri ini. Farid Gaban
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo