Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Renita Rismayanti dalam Misi Perdamaian Dunia

Brigadir Polisi Satu Renita Rismayanti menerima penghargaan Polisi Wanita Terbaik PBB 2023. Penerima termuda.

17 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEPUK tangan para hadirin membahana di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, 16 November 2023. Mengenakan pakaian dinas upacara lengkap dengan baret biru, Brigadir Satu Polisi Renita Rismayanti berdiri di hadapan forum terhormat dalam Pekan Polisi PBB. Siang itu, Briptu Renita menerima penghargaan sebagai Polisi Wanita Terbaik PBB 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah beberapa kali menjalani sesi pemotretan dengan memegang plakat penghargaan, Renita kembali bergegas ke meja bagian depan. Ia kemudian menyampaikan beberapa poin dalam kata sambutan sebagai penerima penghargaan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nita—sapaannya—merasa tersanjung bisa mendapat kesempatan mewakili Kepolisian Republik Indonesia dalam misi perdamaian di Republik Afrika Tengah. Bagi dia, terlibat dalam operasi menjaga perdamaian adalah sesuatu yang membanggakan. Penghargaan bergengsi yang diberikan kepadanya merupakan bentuk pengakuan terhadap polisi wanita Indonesia secara umum.

Dia percaya kaum perempuan di dunia mempunyai potensi yang tidak terbatas. Sekecil apa pun potensi itu akan mampu membawa perubahan yang lebih baik. “Anda memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan, menginspirasi orang lain, dan meninggalkan jejak abadi di dunia,” kata Nita di akhir sambutannya. 

Di usia 27 tahun, Nita menjadi penerima penghargaan termuda yang pernah ada. Dia juga anggota Polri pertama yang menerima penghargaan internasional tersebut. Penghargaan ini pertama kali diberikan pada 2011 sebagai pengakuan atas kontribusi luar biasa para polisi dalam misi perdamaian PBB.

Saat berbincang dengan Tempo melalui sambungan virtual pada 13 Desember 2023, Nita mengungkapkan rasa bangganya. Sebab, selama ini mayoritas penerima penghargaan adalah polisi yang bertugas di lapangan. Ini pertama kalinya penghargaan diberikan kepada polwan yang bekerja di belakang meja.

Sejak 2022, Nita bekerja sebagai Petugas Basis Data Kriminal dalam Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA). Ia membantu mengembangkan basis data kriminal yang memungkinkan polisi PBB memetakan serta menganalisis titik-titik rawan kejahatan dan kekacauan.

Basis data yang Nita garap turut membantu Kepolisian Republik Afrika Tengah atau FSI merencanakan operasi mereka secara lebih sistematis. “Bisa dikatakan saya banyak bekerja di belakang meja,” ucap Nita.

Nita masih ingat ketika pertama kali menerima kabar tentang penghargaan itu pada 28 Oktober 2023. Saat itu dia sedang mengambil cuti dan berada di kampung halamannya di Magelang, Jawa Tengah. Notifikasi itu masuk ke alamat surat elektronik pribadinya. “Kebetulan saya sedang ngobrol dengan Ibu. Tiba-tiba ada pemberitahuan tentang penghargaan ini,” tuturnya.

Penghargaan polisi wanita terbaik itu diberikan pada Pekan Polisi PBB—pertemuan tahunan para kepala Kepolisian PBB dari operasi penjaga perdamaian, misi politik khusus, dan kantor lain. Sejak 2015, partisipasi perempuan dalam Kepolisian PBB meningkat dua kali lipat. Pada September 2023, sebanyak 43,1 persen petugas profesional yang dikontrak di Markas Besar PBB adalah wanita. 

Hingga kini ada sekitar 10 ribu polisi yang bertugas di 16 misi perdamaian PBB. Pada setiap titik, para polisi ini bertugas meningkatkan perdamaian dengan mendukung otoritas negara setempat dalam menangani konflik, pascakonflik, dan situasi krisis lain.

Briptu Renita Rismayanti (tengah) saat menerima United Nations Woman Police Officer of the Year Award dari Penasihat Kepolisian PBB Faisal Shahkar (kiri) dan Sekretaris Jenderal untuk Operasi Perdamaian Jean-Pierre Lacroix di Markas Besar PBB, New York, 16 November 2023. Dok. United Nations

Nita adalah salah satu anggota Polri yang tergabung dalam Kontingen Garuda Bhayangkara Satuan Tugas FPU 5 MINUSCA di Bangui, Afrika Tengah. Pasukan itu diberangkatkan oleh Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 19 September 2022. Kontingen itu terdiri atas 140 personel Polri dengan rincian 116 polisi laki-laki dan 24 polwan. Totalnya, Polri telah mengirimkan 3.184 personel ke Misi Perdamaian PBB.

Sebelum diberangkatkan ke daerah misi perdamaian, Satgas FPU 5 MINUSCA wajib melewati tahap latihan pra-penugasan selama tujuh bulan. Tahap itu berlangsung di Pusat Misi Internasional Polri yang berada di Serpong, Tangerang, Banten. 

Mereka dibekali kemampuan berstandar PBB, seperti penanganan huru-hara, search and rescue, investigasi, intelijen, negosiasi, dan kontrateroris. Mereka juga dibekali kemampuan menembak jitu, perlindungan VIP, komunikasi elektronik, mekanik, hingga medical combat.

•••

BRIPTU Renita Rismayanti lahir di Magelang pada 28 Oktober 1996. Awalnya sulung dari pasangan Muji Hantoro dan Melita itu tidak mempunyai cita-cita menjadi polisi. Setelah lulus sekolah menengah atas, dia ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mengejar impiannya menjadi diplomat.

Namun lulusan SMA Negeri 1 Magelang itu justru mengikuti seleksi polisi di Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Dari yang awalnya hanya mencoba-coba, Nita ternyata lulus seleksi dan diterima sebagai polisi wanita pada 2014. 

“Kalau latar belakang keluarga, kakak sepupu dan pakde saya ada yang jadi polisi,” kata Nita. “Tapi bukan mereka yang bikin saya mau jadi polisi.”

Nita memulai karier di korps kepolisian sebagai staf Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah. Ia menjadi petugas informasi publik. Ia juga pernah bekerja di bidang pelatihan, administrasi, dan logistik. Pada 2017, ia pindah tugas ke Markas Besar Polri. Ia bertugas di Divisi Hubungan Internasional sebagai staf Bagian Perdamaian dan Kemanusiaan. 

Pada 2020, kesempatan untuk terlibat dalam misi perdamaian PBB dari Indonesia terbuka lebar. Nita pun mengikuti seleksi yang dilakukan langsung oleh PBB. Ada beberapa tahap yang harus Nita lalui dalam seleksi tersebut. Pertama, ujian kemampuan berbahasa asing, yaitu Inggris dan Prancis. “Itu ada tes wawancara dan tes secara tertulis,” ujarnya.

Kedua, ia harus mengikuti seleksi berkendara dan menembak. Perwakilan PBB akan menominasikan nama-nama yang dinyatakan lulus ke kantor pusat di New York. 

PBB kemudian menjaring nama-nama yang lulus seleksi untuk ditugaskan di salah satu misi perdamaian. “Saya dikirim untuk bertugas di misi MINUSCA. Tepatnya di Republik Afrika Tengah,” tutur Nita.

Di Republik Afrika Tengah, Nita membantu mengembangkan konsep basis data kriminal. Kerja semacam ini memungkinkan polisi PBB membuat pemetaan serta menganalisis titik rawan kejahatan dan kekacauan. 

Sistem yang Nita kembangkan itu dinilai bisa membantu pasukan Kepolisian Republik Afrika Tengah atau FSI untuk merencanakan operasi penangkalan kejahatan dengan lebih matang. “Sehari-hari, yang paling penting itu melakukan update di database kami,” kata Nita. “Itu terkait dengan kejahatan kriminal yang terjadi di Afrika Tengah.” 
 
Secara berkala, Nita menyediakan data atau laporan mengenai tingkat kejahatan yang ada di tempat dia bertugas. Ada yang didata secara harian, mingguan, dan bulanan. Data itu akan dibandingkan dengan pekan atau bulan sebelumnya. “Apakah ada penurunan atau kenaikan,” ucapnya.

Ada dua pekerjaan utama Nita di Republik Afrika Tengah yang mengantarkannya meraih penghargaan Polisi Wanita Terbaik PBB 2023. Pertama, ia mengembangkan platform manajemen kasus. Platform ini merupakan wahana pengolahan data kasus kejahatan yang terintegrasi secara langsung atau real-time. Nantinya platform yang dia kembangkan itu bisa dipakai oleh semua misi PBB di dunia. 

Kedua, Nita juga mengembangkan instalasi basis data di Kepolisian Afrika Tengah. Dengan peta hotspot yang Nita kerjakan, Kepolisian Afrika Tengah bisa memutuskan kategori ancaman keamanan yang harus diprioritaskan, tanpa harus bergantung pada misi PBB. “Dengan itu pimpinan kami bisa memberikan keputusan mengenai apa pun, penugasan tim patroli di mana saja,” ucap Nita.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian Jean-Pierre Lacroix menyebutkan Briptu Renita Rismayanti adalah gambaran dari partisipasi perempuan dalam usaha menjaga perdamaian dunia. Peran Nita dinilai dapat meningkatkan efektivitas perlindungan dan pembangunan perdamaian. “Untuk memenuhi tantangan hari ini dan esok,” kata Lacroix dalam keterangan tertulis, 17 November 2023. 

Penasihat Kepolisian PBB Faisal Shahkar menambahkan, masa depan kepolisian PBB kini makin terbantu atas kerja Nita. “Dia dan rekan-rekannya membantu membangun kepercayaan antara otoritas lokal dan komunitas, yang membuat pekerjaan Kepolisian Perserikatan Bangsa-Bangsa lebih efektif dan orang-orang lebih aman,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

•••

MESKI hanya bekerja di belakang meja, Renita Rismayanti mengaku mendapatkan banyak pengalaman selama satu setengah tahun bertugas dalam misi perdamaian PBB. Selama berada di Republik Afrika Tengah, ia mempelajari banyak kultur dari rekan satu unit yang berasal dari berbagai macam negara. Nita pun harus melakukan penyesuaian karena ada perbedaan ketika dia masih bertugas di Indonesia. “Kami juga bekerja dengan skill masing-masing,” tuturnya.

Nita bercerita, polisi Indonesia yang bertugas dalam misi perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah dikenal cekatan dan mempunyai kemampuan yang bagus di bidang intelijen. Boleh dibilang, polisi Indonesia bisa mengerjakan tugas apa saja. “Istilahnya, diberikan tugas apa pun pasti bisa,” ucap Nita.

Selama ini Nita tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menjalankan tugas di tempat yang jauh dari Tanah Air tersebut. Dukungan keluarga dan orang terdekat selalu datang ketika ia sedang bertugas. Bahkan ia merasa lebih tertantang ketika harus bekerja di negara konflik, seperti Republik Afrika Tengah. 

Hanya, sarana hiburan boleh dikata minim. Itu membuat Nita harus pandai menjaga suasana hati. Dia lebih sering mengisi waktu luang dengan pergi ke gym. “Itu sebagai upaya menyegarkan pikiran. Saya biasa pergi ke gym,” ujarnya. 

Yang jelas, penghargaan dari PBB ikut melecut semangat Nita dalam bekerja. Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies, Bambang Rukminto, mengatakan polisi yang berprestasi—khususnya di kancah internasional—patut mendapat apresiasi. Langkah itu, Bambang menjelaskan, adalah salah satu bagian dari sistem reward and punishment

“Bukan hanya reward bagi yang berprestasi di kancah kompetisi, yang bertugas di ranah operasi dan bertaruh nyawa seharusnya juga mendapat penghargaan lebih,” kata Bambang saat dihubungi, 15 Desember 2023. 

Bambang menyebutkan prestasi yang Nita torehkan juga diharapkan mampu menginspirasi polisi lain. “Dengan demikian, apa yang telah diraih Renita bisa memantik personel Korps Bhayangkara lain untuk lebih berprestasi, apa pun bidangnya.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dedikasi Renita dalam Misi Perdamaian Dunia"

Yosea Arga Pramudita

Yosea Arga Pramudita

Meminati isu-isu urban dan lingkungan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus