Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Simfoni dari Desa Nelayan

Pundaquit Virtuosi memainkan sejumlah musik klasik di Jakarta. Musik klasik bukan milik para elite. Anak-anak kurang mampu ternyata sanggup menyelami dan memainkan musik klasik dengan baik.

10 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dialah yang paling belia. Ia bergerak seperti anak menjangan: di sela-sela waktu latihan yang ketat ia suka berlari-larian, hinggap dari satu kawan ke kawan lainnya. Julian Dique, 10 tahun, ukuran tubuhnya belum lagi mencapai 130 sentimeter tatkala ia harus tampil sebagai solis di beberapa panggung pertunjukan di Jakarta dua pekan lalu: dari Gedung Kesenian Jakarta, Taman Surapati, hingga lobi Hotel Millennium Sirih.

Minggu pagi, 25 April lalu, di Taman Surapati yang mulai rimbun, bersama 14 rekannya dalam ensambel gesek Pundaquit Virtuosi, ia membawakan sesuatu yang sekonyong-konyong menyergap perhatian orang-orang yang sedang asyik berolahraga, berlatih taichi, atau sekadar mengikuti langkah nya mencari jajanan pagi. Spring, first movement, bagian dari konserto Four Seasons karya komponis zaman Barok, Antonio Vivaldi, memecah ketenangan pagi dengan sepotong melodi sederhana dalam tangga nada mayor yang dimainkan berulang-ulang, layaknya sebuah maklumat penting.

Spring musik yang istimewa. Semua pemain paling muda 10 tahun, paling senior 22 tahun seakan bangkit menyambut pagi luar biasa di awal musim semi (spring) dengan senyum lebar: beberapa nada yang bergerak dalam dua akor mayor yang sumringah. Bangunan musiknya simpel seperti musik rakyat, tapi biola di tangan si Julian kecil sibuk dengan agenda sendiri: kadang memimpin di depan, kadang menyelinap ke dalam garis melodi lain yang bergerak paralel atau berjalin berkelindan dengan garis melodi utama. Spring, first movement adalah musik yang penuh dekorasi, kaya akan ornamentasi.

Kicau burung di atas dahan, angin yang bertiup mendengus, arus deras di sungai-sungai dangkal, serta ran ting yang berayun-ayun semua ini oleh Antonio Vivaldi kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa musikal yang menuntut kelincahan jemari dan perhatian tingkat tinggi para pemain remaja Pundaquit Virtuosi. Dalam Summer yang juga dimainkan dalam pertunjukan ensambel gesek yang sama ini, Antonio Vivaldi menggambarkan hujan dengan teknik pizzicato memetik dawai dengan telunjuk dan jari tengah tangan kanan.

Vivaldi (1678-1741) tentu saja tidak berpretensi menulis soundtrack sebuah film di masa itu. Tapi Spring yang dimulai dengan mukadimah yang mayestis, disudahi dengan ending yang cukup dramatis layaknya komposisi zaman Romantik, dan sebuah musik liris yang disisipkan di tengah-tengahnya itu merupakan karya seorang yang visioner, melampaui zamannya.

Dalam seminggu itu, Pundaquit Virtuosi memperlihatkan kemauannya me mainkan karya-karya terkenal, seperti Four Seasons-nya Antonio Vi valdi, Adagio for Strings dari Sa muel Osborne Barber, Double Concerto 1st movement dari Johan Sebastian Bach, dan Eine Kleine Nachtmusik-nya Wolfgang Amadeus Mozart. Agenda mereka penuh. Termasuk jadwal bermain bersama para musikus remaja Indonesia, Neo Capella Amadeus, yang tampil amat mengesankan dalam pertunjukan-pertunjukan itu. Semua ini adalah bagian dari dunia diplomasi: pera yaan hubungan Indonesia-Filipina yang sudah mencapai 60 tahun.

l l l

Julian Dique yang berlatar belakang keluarga musikus sederhana, Julian Ladica, 22 tahun, yang berayahkan seorang sopir tuk-tuk (bajaj), dan anggota Pundaquit Virtuosi lainnya mengalami nasib yang sama. Sebuah lembaga yang hirau pada pendidikan seni membuka pintu lebar-lebar bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk menye lami dan belajar musik klasik. Beberapa tahun berlatih di Casa San Miguel, lembaga itu, mereka menjalani seleksi ketat untuk menjadi anggota kelompok istimewa: Pundaquit Virtuosi. Dan hasilnya memang mencengangkan: banyak di antara mereka yang lolos seleksi lantas menjadi musikus terpandang di Filipina.

”Musik klasik adalah musik milik semua; bukan hanya musik kalangan elite. Dan Pundaquit Virtuosi menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang kurang mampu ternyata bisa menghargai, memainkan musik jenis itu,” kata Alfonso ”Coke” Bolipata, pemusik kelas dunia yang mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk anak-anak yang kurang beruntung di sebuah desa nela yan di San Antonio, Zambales, Filipina. Pundaquit Virtuosi adalah sekumpulan anak terbaik yang mendapat bimbingan langsung Bolipata. Alfonso ”Coke” Bolipata adalah musikus lulusan Julliard School of Music, New York, yang mendapat pengakuan luas di dunia internasional. Di tanah airnya, ia menjadi seorang guru, penulis, dan administrator yang baik.

Lihatlah, bermodalkan bakat dan kegigihan, Julian Dique bergabung dengan kelompok ini lima tahun yang lalu, sedangkan Julian Ladica sembilan tahun silam. Dan malam itu, 29 April, di Gedung Kesenian Jakarta, mereka dan kawan-kawan memainkan Eine Kleine Nachtmusik karya Mozart sebagai nomor penutup. Inilah musik yang ditulis Mozart dalam tangga nada mayor yang ringan, hangat, dan diciptakan dengan tujuan tunggal: menghibur.

Di tangan anak-anak Pundaquit Virtuosi, Eine Kleine Nachtmusik bergerak dalam tempo tinggi. Itulah musik dengan barisan biola yang sibuk, seraya menampilkan bermacam ornamentasi lincah, terkadang seperti anak yang bermain-main sepanjang hari. Berangkat dari potongan melodi utama, biola bergerak pada permukaan, sedangkan selo menggarisbawahi dengan teks musiknya sendiri. ”Musik membuat saya bahagia,” kata Julian Dique.

Idrus F. Shahab

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus