Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Soroti Isu Lingkungan, Efek Rumah Kaca Hingga Stars and Rabbit Konser di Tebing Breksi

Uniknya, dalam konser yang tiketnya dibanderol mulai Rp 150 ribu itu bakal ada semacam mini workshop soal seni dan lingkungan.

4 Agustus 2022 | 12.09 WIB

Penampilan band Efek Rumah Kaca dalam konser tunggal bertajuk Tiba-Tiba Suddenly Konser di Gedung Sarinah Ekosistem, 05 September 2016. Konser bertajuk Tiba Tiba Suddenly Konser khusus diadakan dengan formasi lengkap sebelum pulangnya vokalis sekaligus gitaris Cholil Mahmud kembali ke New York.   TEMPO/Nurdiansah
Perbesar
Penampilan band Efek Rumah Kaca dalam konser tunggal bertajuk Tiba-Tiba Suddenly Konser di Gedung Sarinah Ekosistem, 05 September 2016. Konser bertajuk Tiba Tiba Suddenly Konser khusus diadakan dengan formasi lengkap sebelum pulangnya vokalis sekaligus gitaris Cholil Mahmud kembali ke New York. TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah musisi bakal menggaungkan kampanye tentang pelestarian lingkungan khususnya isu sampah dalam bentuk konser bersama di kawasan destinasi Tebing Breksi Sleman Yogyakarta pada 10 Agustus 2022 mendatang. Musisi yang terlibat dalam konser bertajuk Senandung Alam itu antara lain Efek Rumah Kaca, Stars and Rabbit, FSTVLST, Ardhito Pramono, Korekkayu, hingga Fello featuring Rangga SKJ’94.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Konser ini tema besarnya soal alam, bagaimana membangkitkan lagi kepedulian masyarakat pada lingkungan sekitar setelah pandemi Covid-19 yang melanda dua tahun terakhir," kata penyelenggara acara itu, Anton Rhey Gong selaku pendiri GongFest pada Rabu, 3 Agustus 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anton menuturkan, isu lingkungan khususnya pelestarian alam seolah tersisih di tengah hiruk pikuk masyarakat selama dua tahun lebih menghadapi serangan virus Covid-19 yang banyak merenggut korban jiwa. Minimnya gerakan penyadaran kolektif tentang isu lingkungan terbukti menimbulkan sejumlah persoalan.

"Dari Yogyakarta sendiri, persoalan lingkungan yang sempat mencuat tentang Jogja Darurat Sampah belum lama ini," kata Anton.

Pengendara melintas di dekat tumpukan sampah di kawasan Patuk, Yogyakarta, Rabu, 11 Mei 2022. Penutupan akses jalan itu dilakukan akibat adanya penolakan warga terhadap proses transisi pembuangan sampah ke lahan baru di kawasan Piyungan serta meminta penutupan TPST Piyungan secara permanen. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Jogja Darurat Sampah terjadi pasca libur lebaran pertengahan Mei lalu. Saat itu sampah sampah rumah tangga warga tak bisa terangkut berhari-hari ke TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Piyungan berhari hari. Akibatnya jalanan Kota Yogyakarta bertebaran sampah sampah yang menumpuk hingga sepekan lebih.

Anton membeberkan, dalam konser Senandung Alam yang menyediakan kuota bagi 3.000 orang ini, para musisi tak hanya menyuarakan keresahan dan refleksi mereka tentang alam dalam bentuk lagu atau mengingatkan lagi para penonton menjaga lingkungan terdekatnya. 

Namun dari konsep panggung yang dibuat, juga meminimalisir penggunaan bahan-bahan yang sulit di daur ulang. Khususnya meminimalisasi penggunaan bahan yang berasal dari plastik.

"Konsep panggung kami buat ramah lingkungan dengan bahan bahan yang berasal dari alam, ini sebagai bagian kampanye penyadaran lingkungan," kata Anton. 

Co- Founder GongFest Dita Wiendra menuturkan, kampanye lingkungan lewat konser di alam terbuka yang dimulai sejak pukul 15.00 hingga malam itu akan banyak menyediakan titik pembuangan sampah sebagai edukasi pengunjung.

Ardhito Pramono. Dok. Aksara Records

"Ada puluhan titik tempat sampah di ruang konser itu yang sudah dibagi untuk jenis sampah organik dan non organik,” katanya.

Selain itu, ujar Dita, dalam konser ini puluhan pegiat wisata Tebing Breksi juga terlibat penuh dalam pengelolaannya.

Uniknya, dalam konser yang tiketnya dibanderol mulai Rp 150 ribu (on the spot) itu bakal ada semacam mini workshop soal seni dan lingkungan.

Workshop ini melibatkan musisi dan seniman yang berkompeten di bidangnya. Seperti  Farid Stevy dari band FSTVLST, Yaya seorang visual art dan musisi, Iwe fotografer dan Ronnie, musisi Rubah Di selatan, yang bakal mengulas tentang manajemen pertunjukan, baik dari garda depan hingga backstage.

Senandung Alam sendiri bakal digelar di dua kota yaitu Yogyakarta dan Malang. Jika di Yogyakarta bakal digelar pada 10 Agustus 2022 , maka di Malang konser itu akan digelar pada 20 Agustus 2022 di Kusuma Agrowisata Batu.

PRIBADI WICAKSONO

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus