Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Spider-Man: Across the Spider-Verse dirilis pada Rabu, 31 Mei 2023.
Mendulang Rp 1,7 triliun di pekan perdana, melebihi biaya produksi Rp 1,4 triliun.
Mengusung animasi yang inovatif dan parade puluhan versi Spider-Man.
Film dibuka dengan tabuhan drum yang dimainkan Gwen Stacy, perempuan remaja di balik kostum Spider-Woman. Gwen adalah bagian dari superhero berkekuatan jaring laba-laba di sebuah semesta yang saling terkait dengan semesta lainnya, yang dikenal dengan Spider-Verse. Alunan musik perkusi itu membawa Gwen pada kenangan di masa ketika rekannya, Peter Parker alias Spider-Man, mati di tangannya setelah meminum ramuan yang mengubahnya menjadi monster.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di semesta yang lain, seorang Spider-Man remaja bernama Miles Morales, sahabat Gwen, sedang berusaha menghentikan tokoh jahat bernama The Spot yang menguasai portal, yang bisa membuatnya berteleportasi ke banyak tempat. Perkelahian dan kejar-kejaran tak terhindarkan sebelum The Spot kabur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada waktu berikutnya, Gwen datang mengunjungi semesta Miles, memberi tahu kelompok manusia laba-laba di Spider Society untuk melawan kejahatan yang direncanakan The Spot, yang akan merusak tatanan multiverse. Adegan berikutnya diisi kekacauan-kekacauan akibat The Spot dan para Spider-Man yang mencoba memperbaikinya.
Gwen Stacy di Spider-Man: Across the Spider-Verse. Sony Pictures Entertainment
Kisah tersebut merupakan penggalan dari film terbaru Spider-Man, yaitu Spider-Man: Across the Spider-Verse. Sinema ini mengulang kesuksesan seri perdananya, Spider-Man: Into the Spider-Verse, pada 2018 yang menjadi adaptasi komik Marvel pertama yang meraih Piala Oscar sebagai film animasi terbaik.
Spider-Man versi 2023 masih mengangkat kisah yang sama, yaitu petualangan Miles Morales, remaja Brooklyn, New York, yang terkena gigitan laba-laba dan menjadi pahlawan super. Spider-Man: Across the Spider-Verse tayang perdana pada Rabu pekan lalu. Pada pekan perdananya, film garapan Sony Motion Pictures ini meraup keuntungan US$ 120,5 juta atau setara dengan Rp 1,7 triliun. Film Spider-Man terbaru ini menggeser film Marvel lainnya, The Guardians of the Galaxy Volume 3, yang juga masuk jajaran box office dengan pendapatan Rp 1,67 triliun pada pekan perdana.
Di seri pertama, Spider-Verse menampilkan sederet karakter Spider-Man dari semesta yang berbeda-beda, seperti Miles, Gwen, Morales, Peter Parker, dan Spider-Man Noir. Di seri kedua—dari rencana trilogi—barisan manusia laba-laba itu makin panjang. Ada Spider-Man 2099, Spider-Man dari India, dan Spider-Punk. Peter Parker, karakter yang dunia kenal sebagai Spider-Man sejak muncul pertama di komik Marvel pada 1962, juga kembali hadir. Lengkap dengan anak usia balitanya yang juga berkekuatan super. Kehadiran banyak Spider-Man menambah kesegaran menonton film ini.
Spider-Man
Sejumlah pengulas menilai baik Spider-Man: Across the Spider-Verse. Rotten Tomatoes melabeli 95 persen. Sedangkan IMDB memberi ponten 9,1 dari 10. Pramudya Aji Ramadhan, penonton, mendapuk Spider-Man 2023 sebagai satu film animasi terbaik seumur hidupnya. Pria berusia 22 tahun ini juga memuji ceritanya. “Dibanding film yang pertama, ceritanya lebih bagus karena komplet. Alam multiverse-nya juga beragam,” kata dia di sebuah bioskop di Jakarta Selatan, Senin, 5 Juni 2023.
Hasief Ardiasyah, penggemar komik Amerika, mengatakan menyukai seri Spider-Verse karena kisahnya lebih kuat dibanding film adaptasi komik pada umumnya. “Animasinya juga inovatif, makanya menang Oscar,” kata warga Cinere, Depok, ini.
Hasief, 43 tahun, membandingkan seri pertama dan kedua. Menurut dia, Across the Spider-Verse membuat penonton lebih mendalami apa yang terjadi di prekuelnya. "Tapi karena kita sudah tahu akan ada film ketiga, akhir filmnya mau enggak mau jadi menggantung," ujar kolektor komik Marvel sejak awal 1990-an ini. "Sedangkan film pertamanya, kalau tak dibikin sekuel pun sudah bagus banget."
Berbagai karakter Spider-Man di Spider-Man: Across the Spider-Verse. Sony Pictures Entertainment
Pengamat film, Hikmat Darmawan, mengatakan ada tiga alasan utama mengapa film animasi Spider-Verse sangat digemari, yakni tata artistiknya, pengemasan cerita, serta karakterisasi yang kuat. Dia mengaku sangat terpukau saat pertama kali menonton Into the Spider-Verse pada 2018. “Film ini berhasil memecahkan kejenuhan dua dimensi versus tiga dimensi,” ujarnya.
Soal karakter, Hikmat melanjutkan, Miles Morales menggambarkan anak muda Amerika Serikat dengan nyaris sempurna. Hikmat yakin semakin banyak orang yang menunjuk Miles Morales sebagai Spider-Man. “Sekian lama penggemar dibesarkan oleh mitologi Spider-Man seperti Peter Parker yang white dude—pemuda Amerika berkulit putih,” kata dia. Keberadaan Morales, anak yatim dari ayah Afro-Amerika dan ibu Hispanik, dianggap mewakili kaum pinggiran dengan sederet masalah sosialnya.
Konsep multiverse juga memunculkan banyak peluang cerita yang bisa dikembangkan dan memberi peluang pengembangan visual, yang disebut Hikmat sebagai kekuatan seri Spider-Verse. Berbeda dengan film Marvel lainnya, yang bermodalkan green screen, Spider-Verse murni digital. “Ada banyak eksplorasi bagaimana kamera bergerak, lompatan gedung ke gedung, itu semua tereksplorasi dari sekadar CGI (computer-generated imagery) yang telah lama menjadi watak film-film Marvel Cinematic Universe,” ujarnya.
Hikmat yakin Spider-Man: Across the Spider-Verse bisa melebihi sukses seri pertamanya. “Orang punya ekspektasi, setelah melihat visual film pertamanya, sekuelnya bisa lebih bagus. Jadi, basis pasarnya sudah terbentuk,” ujar dia. Film penutup dari trilogi Spider-Verse sedang digarap dan direncanakan tayang mulai tahun depan.
Film Unggulan Liburan
ILONA ESTERINA | REZA MAULANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo