Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Foto perempuan itu semula agak jelas dengan wajah dan sepasang tangannya yang terpotong garis-garis hitam vertikal seperti terali. Begitu sampul album foto itu dibuka, sosoknya yang mengenakan jilbab hitam semakin samar. Wajahnya tertutup cadar hingga akhirnya sosok wanita tersebut hanya menyisakan sepasang mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya seniman foto Arum Tresnaningtyas itu menggabungkan tiga foto perempuan berjilbab kemudian ditimpali teknik scanimation. Dengan cara tersebut, gambar foto seakan-akan bergerak sambil berubah bentuk. Berjudul Perempuan yang Kehilangan Wajahnya, karya itu menafsir cerita pendek berjudul sama karangan Feby Indirani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Feby bersama Sundea menjadi penggagas dan kurator pameran seni rupa dan gerak bertajuk "Bukan Perawan Maria" itu. Berlangsung di ruangan lantai 3 gedung Bandung Creative Hub, pameran ini dihelat pada 8-16 September 2018. Tema itu sesuai dengan judul buku kumpulan cerita pendek Feby, Bukan Perawan Maria (2017), yang bersisi 19 cerpen.
Feby dan Sundea, yang juga seorang penulis, khusus mengajak para seniman perempuan muda Bandung untuk menafsirkan ragam cerita pada buku itu menjadi karya seni rupa dan gerak dari sudut pandang perempuan.
"Bukan Perawan Maria" bertolak dari persoalan perempuan yang posisinya dinilai kontradiktif dalam narasi keagamaan. Pada satu sisi, misalnya, Hawa dianggap sebagai penyebab Adam harus keluar dari surga dan turun ke bumi. Adapun dalam kisah seperti Maryam atau Bunda Maria, perempuan dianggap begitu suci.
Meski tampak berlawanan, dua konstruksi soal perempuan itu dilandasi nilai-nilai yang kerap patriarki. "Perempuan jarang punya kesempatan untuk menafsirkan dirinya sendiri di ruang kehidupan beragama dan spiritual," kata Feby dalam katalog pameran. Selain Arum, seniman lain yang terlibat antara lain A.Y. Sekar F., kelompok Fat Velvet, Galuh Pangestri, Maharani Mancanagara, Maradita Sutantio, dan Rega Ayundya Putri.
Dari tema besar itu, mereka memilih cerita pendek Feby untuk mewujud sebagai karya seni rupa, tari, serta performance art. Maradita Sutantio, misalnya, membuat karya instalasi semacam ruang kecil segi empat. Tirai kain hitam tipis yang mengelilinginya berfungsi sebagai sekat sekaligus pintu. Pada waktu tertentu, lampu di atasnya secara otomatis bergantian menyala dan padam.
Ruang kosong itu terisi suara derau dan rekaman ucapan selamat datang. Suara lain adalah bunyi degup jantung dan detik jam. Berjudul Ruang Tunggu, karya ini berbicara soal kefanaan. "Ruang tunggu itu selama kita menjadi manusia sebelum masuk ke kehidupan selanjutnya," kata Maradita, yang berasal dari keluarga penganut Buddha dan Nasrani.
Bahan kain rupanya lekat dengan para seniman perempuan dalam pameran ini. Rega Ayundya Putri memakainya juga untuk menggambar motif dekorasi yang sebagian seperti bentuk ornamen candi. Berjudul Di Dalam Ruang dan Waktunya, ia menafsirkan cerita pendek berjudul Ana Al Hubb yang berarti aku adalah cinta.
Di dekat sudut ruangan, terpajang gaun putih bekas kostum penampilan Fat Velvet. Berkelompok sembilan perempuan, mereka melakukan performance art berjudul Manifestasi Senyap. Pertunjukan itu diangkat dari cerita berjudul Percakapan Sepasang Kawan, yang mengungkap soal manifestasi seks di kalangan perempuan.
Seniman lain, Galuh Pangestri, mengekspresikan tafsirnya atas cerita Bukan Perawan Maria lewat gerakan tari berjudul Maria. Adapun A.Y. Sekar F. memasang tiga lembar kain berbentuk kotak mirip sajadah atau alas untuk salat. Berjudul After 99 Names dari tafsir cerita pendek berjudul Typo, Sekar menampilkan karya hasil interaksi dengan puluhan perempuan.
Mereka diminta menuliskan nama panggilan dan sikap yang melekat pada nama itu. Idenya terkait dengan Asmaul Husna atau 99 sifat Allah SWT. Kepada para pengisi angketnya tersebut, Sekar menyatakan: "To know your God, you must know yourself first." Dalam karyanya, kita bisa membaca beberapa nama panggilan yang ditulis dengan gaya huruf Arab bersama sifatnya, seperti Dina-pemimpi, Lisna-penyabar, atau Rizka-pemikir.
Adapun Maharani Mancanagara mengangkat persoalan teks dari tafsir cerita berjudul Iblis Pensiun Dini. Berjudul rep,är’té, ia menampilkan aneka teks yang menempel pada tiga neon box. Lewat karyanya itu, Maharani mengajak setiap orang untuk mencerna teks atau kalimat dengan baik agar selamat dari propaganda atau tipu daya seperti rayuan iblis.
Kumpulan cerpen Bukan Perawan Maria merupakan bagian dari gerakan Relaksasi Beragama (Relax, It’s Just Religion) yang terdiri atas tiga aspek, yaitu sastra atau literasi, seni, dan pelatihan. Pameran tafsir rupa "Bukan Perawan Maria" pertama kali berlangsung pada 15-25 Juli 2017 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, yang didukung komunitas dan individu seperti Inayah Wahid serta Menteri Agama Lukman Hakim.
Di Bandung, pameran ini mendapat dukungan dari Ford Foundation lewat program Hibah Cipta Media Ekspresi. Rencananya, kegiatan serupa akan dibuat di Mataram, Nusa Tenggara Barat. ANWAR SISWADI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo