Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Tidak untuk anak-anak

Pengarang: n.h. dini jakarta: dunia pustaka jaya, 1980 resensi oleh: sapardi djoko damono. (bk)

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI Cerita Kenangan Nh. Dini Terbitan PT Dunia Pustaka Jaya, 1980 199 halaman. OTOBIOGRAFI adalah gaya penulisan cerita rekaan. Sumber dan bahan mentah untuk karya bergaya demikian itu bisa berupa kehidupan pengarang sendiri, bisa juga bukan. Dalam cerita rekaan otobiografis kita menemukan seorang tokoh, tidak usah selalu tokoh utama, yang menjadi pencerita ia adalah si aku. Dengan demikian semua peristiwa dan tokoh lain dalam cerita demikian dipandang dari sudut si aku, yang dalam kebanyakan novel dan cerita pendek otobiografis memang menjadi tokoh utama. Apabila kehidupan pengarang sendiri menjadi sumber penulisan, peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya haruslah hanya menjadi bahan mentah yang masih harus diolah. Agar, semua yang dulu pernah menjadi fakta itu tercipta sebagai fiksi, dunia rekaan yang memiliki hukum-hukum yang berbeda dengan kehidupan nyata. Teliti & Jujur Langit dan Bumi Sahabat Kami adalah buku ketiga dari serangkaian cerita kenangan Nh. Dini (sebelumnya adalah Sebuah Lorong di Kotaku dan Padang Ilalang di Belakang Rumah) yang menjadikan masa kanak-kanak pengarang itu sebagai sumber dan bahan mentah. Si aku adalah seorang gadis kecil yang bersama keluarganya mengalami serangkaian peristiwa di masa pendudukan kembali Belanda sesudah revolusi di Semarang. Tampaknya dalam menciptakan kembali masa kanak-kanaknya itu pengarang tidak mengubah nama-nama orang (setidaknya nama-nama saudara kandungnya) dan tempat terjadinya peristiwa. Dalam catatan di kulit belakang buku ini ditulis bahwa "penulisan" cerita kenangan ini "teliti" dan "jujur". Kalau ukuran ketelitian dan kejujuran didasarkan pada persamaan antara nama-nama orang dan tempat dengan nama-nama tokoh dan latar dalam cerita, penulisan cerita Dini ini mungkin memang jujur dan teliti. Tetapi cerita rekaan adalah dunia kata yang menasarkan ketelitian dan kejujuran pengarang pada taraf hubungan antar unsur yang ada dalam karya itu sebagai suatu sistem formal. Si aku dalam cerita ini adalah seorang gadis kecil yang merlgisahkan peristiwa demi peristiwa yang menimpa keluarganya, mulai dari peristiwa mencabut singkong di kebun sampai peristiwa penangkapan ayahnya oleh tentara pendudukan Belanda. Timbul kesan bahwa di mata si gadis kecil itu semua peristiwa sama pentingnya dengan demikian kesimpulan kita adalah bahwa semua peristiwa dalam cerita itu dipandang dari segi si aku sebagai tokoh. Tetapi ternyata tldak demikian halnya pembacaan yang teliti membuktikan bahwa si aku, yang masih kecil, terus-menerus berusahl menyusup ke dalam pikiran tokoh-tokoh lain sambil memberikan penilaian terhadap tokoh-tokoh tersebut dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Si aku jni pun ternyata tidak hanya tertarik pada hal-hal yang biasa menjadi perhatian gadis kecil, tetapi tidak jarang menjadi juru bicara dan sekaligus penafsir nasihat dan katakata mutiara yang terus-menerus diucapkan oleh tokoh ayah dan ibu. Jadi apakah si aku adalah pengarang sewaktu ia menulis cerita ini, dan bukan gadis kecil yang hidup di zaman pendudukan Belanda sehabis revolusi di Semarang? Tokoh ini memang sangat gemar berbicara tentang konsep-konsep kehidupan. Antara lain si aku menjelaskan: . . . Orang tua kami mempunyai semboyan dalam hal kedermawanan, ialah lebih baik memberi daripada menerima. Dan kedermawanan itu dapat bersipat kebendaan ataupun bantuan rohani. (hal. 99) Pembicaraan tentang konsep-konsep kehidupan banyak didapati dalam cerita ini, dan tidak jarang pula disertai dengan penafsiran si aku. Dengan demikian timbul kesan bahwa si aku adalah bukanlah tokoh ketika ia mengalami peristiwa, tetapi tokoh sewaktu ia sebagai pengarang menuliskan kembali peristiwa-peristiwa itu menjadi cerita. Lalu Lalang Kalau segi pengisahan yang kedua itu yang kita terima, timbul pertanyaan: mengapa si aku tertarik juga pada hal-hal "kecil" seperti panen singkong di kebon, dan menceritakannya dengan gaya yang biasa ditemukan dalam bacaan kanak-kanak? Contoh: . . . Jika ayah berhasil mencabut sebatang pohon, mengeluarkan akar-akar sebesar lenganku yang berjuluran coklat kemerahan, aku berdiri di sampingnya dengan penuh kekaguman. Lalu terdengar Yu Saijem di sudut lain, berteriak girang karena berhasil menggali singkong yang lebih besar lagi. Aku melompat ke sana dan berjongkok menolongnya membersihkan hasil bumi berharga itu dari lapisan lumpur atau tanah yang pekat. Belum selesai membantu Yu Saijem, Teguh dan Nugroho menyeruknn sorak kemenangan setelah berhasil mencabut singkong. (hal. 101) Tiadanya segi pengisahan yang jelas lalam cerita ini menyebabkan unsur-unsur utamanya tidak terjalin dengan semestinya. Tokoh-tokoh lain yang menonjol dalam cerita ini, ibu dan ayah adalah sepasang suami istri yang "hanya" memiliki sifat-sifat luhur. Tokoh-tokoh lain seolah-olah lalu-lalang saja tanpa mendukung alur sebagai rangkaian peristiwa yang bersendikan kausalitas. Dengan demikian alur merupakan rangkaian peristiwa yang susul-menyusul dalam urutan waktu, bukan berdasarkan sebab akibat. Tetapi barangkali saja karya Dini ini memang tidak dimaksudkan sebagai cerita rekaan, tetapi "cerita kenangan" yang dapat dibaca untuk menambah pengetahuan kita tentang masa kanak pengarang. Dan karangan ini bisa menjadi penting bagi mereka yang ingin mengetahui lebih banyak tentang masa kanak salah seorang pengarang Indonesia -- terutama sekali mereka yang menganggap Nh. Dini seorang pengarang, dan tentunya juga tokoh, yang mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat. Sapardi Djoko Damono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus