Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Ketika Umur Jadi Komoditas

Film Paradise menyajikan pertanyaan penting tentang kebebasan dan aset manusia paling dasar. Dalam bisnis, ia juga komoditas.

20 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SECARA sinematografi dan cerita, film Paradise yang baru tayang di Netflix tak terlalu istimewa. Tapi sutradara dan penulis skenario Boris Kunz menawarkan satu isu penting: umur sebagai komoditas. Film berbahasa Jerman ini memperingatkan bahwa di era kapitalisme sekarang, dengan dukungan riset dan ilmu pengetahuan, apa saja bisa menjadi komoditas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film Paradise menceritakan kisah pasangan muda Max dan Elena Tomia. Max adalah pemasar perusahaan Aeon yang menawarkan transfer umur. Max menjaring para donor muda yang diambil usianya, lalu Aeon menghubungkannya dengan pembeli. Nilai pembelian usia tergantung panjangnya. Transfer usia 15 tahun, misalnya, dihargai 700 ribu euro.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Transfer usia dilakukan melalui kromosom. Dengan begitu, DNA donor dan penerimanya harus sama. Dengan tak menjelaskan cara manusia bisa mentransfer usia, Kunz berfokus pada jalan cerita film dengan Max dan Elena sebagai pusatnya. Berhasrat memiliki rumah idaman, keluarga yang bahagia, dan masa depan cerah, Elena menggadaikan 40 tahun usianya kepada bank.

Paradise 2023. Netflix

Maka, ketika apartemen mewahnya terbakar, Elena yang baru 25 tahun harus rela usianya diambil karena tak sanggup membayar sisa cicilan 2,5 juta euro. Penerima umur Elena tak lain adalah Sophie Theissen, pendiri dan pemilik Aeon. Dibumbui cerita konspirasi dan penyusupan, Paradise berusaha membuat alur yang kompleks dengan pertanyaan etis tentang komoditas dan tubuh manusia.

Bisnis Aeon laris manis. Atas nama kebebasan individu, pemerintah Jerman mengizinkan transfer usia sehingga penjaminan masa depan tubuh menjadi legal. Dari sini, Paradise menjadi menarik karena memperbincangkan kemungkinan bisnis masa depan, hak individu, dan kebebasan. Di era kapitalisme di dunia nyata, semua itu bisa dimungkinkan.

Sebab, Paradise mempertanyakan harta manusia paling dasar, yakni tubuh dan jiwa. Kapitalisme yang membuat ketimpangan kaya-miskin menganga mendorong terciptanya hukum penawaran dan permintaan di antara dua kelas sosial ini. Mereka yang kaya siap membeli harta paling esensial dalam hidup manusia: tubuh, umur, dan masa depan. Sebaliknya, mereka yang miskin juga punya kebebasan atas tubuh dan jiwanya. Maka, sepanjang dilakukan dengan sadar, menggadaikan umur adalah hak tiap individu.

Di titik ini, Paradise menyajikan pertanyaan filosofis dan etis: benarkah setiap dari kita punya kebebasan yang mutlak? Sebab, ketika kebebasan sendiri menjadi komoditas, mekanisme pasar akan menemukan cara untuk mengeksploitasinya. Jika sudah begitu, para korban adalah mereka yang tak punya pilihan untuk bertahan hidup selain menjual aset yang melekat pada tubuh dan jiwa mereka.

Maka Paradise mengisahkan para pemasar seperti Max Tomia mencari donor usia dari para pengungsi yang terusir dari negaranya akibat perang. Para pengungsi datang ke Jerman secara ilegal, hidup miskin di penampungan, dan terancam dideportasi setiap saat. Aeon menawarkan uang besar dengan membeli umur mereka, membeli masa depan mereka, agar terbebas dari ancaman-ancaman itu.

Jual-beli umur mirip dengan perdagangan organ. Dalam perdagangan ginjal yang kini marak, misalnya, ada kebutuhan transplantasi bagi mereka yang mengalami gagal ginjal untuk bertahan hidup. Pebisnis melihat celah ekonomi ini dengan menyediakan ginjal dari mereka yang bersedia menjualnya. Karena itu, di banyak negara, donor ginjal bermotif komersial masih terlarang. Tapi justru karena itu tercipta pasar gelap jual-beli organ.


Judul: Paradise
Genre: fiksi sains, thriller
Durasi: 1 jam 57 menit
Sutradara: Boris Kunz
Pemain: Marlene Tanczik, Kostja Ullmann, Iris Berben, Corinna Kirchhoff


Dalam jual-beli umur di film Paradise, pasar gelap juga tercipta karena harganya lebih murah. Konsumennya orang-orang kaya dan para selebritas media sosial yang ingin terus terlihat muda, yang menolak mati. Maka jiwa Elena Tomia yang berusia 25 tahun terjebak dalam tubuh 65 tahun. Sebaliknya, Sophie Theissen yang berumur 70 tahun kini punya tubuh berusia 25 tahun.

Pada dasarnya, motif pembeli umur juga menunda kematian seperti dalam perdagangan organ vital. Karena itu, bukan tak mungkin di masa depan bisnis umur benar-benar akan terjadi, betapapun tak etis dan melanggar takdir. Dengan revolusi akal dan pikiran manusia lewat riset dan pengetahuan ilmiah, apa yang belum mungkin hari ini bisa terjadi 50-100 tahun lagi.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ketika Umur Jadi Komoditas"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus