Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka membelah arena menjadi dua bagian dengan selembar selotip dan membuat garis pembatas pada setengah bagian pertama. Dalam gerakan seperti makhluk alien, salah satu penari seperti mendongkel sesuatu dari dalam tanah lalu memasukkannya ke mulut. Seperti memasukkan bibit alien ke dalam tubuh yang bergerak mengejang. Penari lain bergerak seolah bangkit dari tanah, memperhatikan tubuh yang mengejang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian mereka kembali membuat batas dan bergerak dalam ruang yang lebih sempit. Kali ini tangan si penari berkostum terlihat seperti jari alien yang siap merenggut matanya. Jari telunjuknya bergerak-gerak ketika tiba-tiba sosok tubuh lain merapat dari belakang. Jemarinya bergerak seperti laba-laba atau tangan siap mengoyak tubuh di depannya. Tubuh telanjang itu siap mengendus, menerkam, dan mengoyak isi tubuh penari lain yang berkostum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka terus bergerak dalam bidang yang lebih sempit, lebih sempit lagi, hingga hanya bisa berdiri dan akhirnya terjatuh dalam bidang seluas keramik kurang dari setengah meter. Adalah Melani Lane dan Lilian Steiner yang menarikan Split karya Lucy Guerin, koreografer Australia, di Black Box Salihara, Ahad, 5 Agustus 2018. Pada Sabtu, 4 Agustus 2018, mereka juga menampilkan koreografi yang sama sebagai pembukaan dari Salihara International Performances Festival (SIPFest).
Split pertama kali dipentaskan pada Maret 2017 dan menerima penghargaan kategori Penari Terbaik dari Helpmann Award pada 2017. Lucy Guerin, sang koreografer, adalah peraih Bessie Award pada 1996 dan Outstanding Contribution to Dance dari Australia Council Award pada 2016. Lewat Lucy Guerin Inc yang didirikan pada 2002, ia menciptakan karya-karyanya melalui pendekatan eksperimental dan struktur fisik yang jernih.
Koreografi ini berbicara tentang dua tubuh yang terbelah antara konflik dan keinginan berdamai. Dunia yang makin terbatas sumber dayanya-dalam hal ini dipertegas dengan bidang yang makin sempit saat bergerak-mendorong persaingan, negosiasi, harmoni, juga agresi. Kedua penari dalam koreografi harus mengelola dimensi ruang dan waktu untuk tubuh dan gerakan mereka.
Hal ini terlihat dalam gerakan kedua penari, yang pada 20 menit pertama diiringi musik perkusi statis namun dimainkan temponya. Mereka bergerak seirama dan harmonis. Yang membedakan mereka adalah selembar pakaian yang menutup salah satu penari. Gerakan mereka dimulai dari menekuk badan, seperti orang sedang melakukan pemanasan, atau terbaring telentang sambil menggerakkan tangan dan kaki ke kiri kanan, atau berputar mengeksplorasi bidang panggung.
Pada menit berikutnya, mereka masih melakukan beberapa gerakan yang sama, masih dengan gerakan tangan dan langkah kaki yang ringan dan lincah. Tapi kemudian kedua tubuh itu bergerak dengan koreografi berbeda. Bahkan seperti saling merangsek, lalu kembali menyatu.
Ada kalanya mereka melakukan gerakan ringan mengibaskan tangan, menggosoknya, atau gerakan-gerakan kecil yang menampilkan detail, seperti menggerakkan semua jari. Kadang mereka membuat putaran lingkaran di udara atau merayap seperti makhluk melata atau alien yang siap merobek tubuh mangsanya.
Kedua tubuh ini pun saling menekuk, memelintir tangan, atau salah satu menggendong di pinggang. Ada kekuatan dan keindahan dalam gerakan kedua tubuh itu. Guerin menggiring fokus penonton untuk kedua penarinya dengan pembatasan bidang, yang makin lama makin sempit, dengan selotip.
Menurut Guerin, komposisi ini menampilkan dua gerakan dualitas dari satu orang. Gerakan-gerakan itu memunculkan gerakan seseorang dalam dua dimensi berbeda di ranah umum dan wilayah pribadi. "Split ini antara apa yang tampak dan tidak, apa yang saya rasakan di dalam dan apa yang dilihat orang sebagai pribadi serta apa yang dibaca orang lain," ujar koreografer penerima beberapa penghargaan koreografi ini, antara lain penghargaan dari Dewan Australia (2016) dan Bessie Award untuk The New York Dance and Performance Award.
Guerin juga ingin memperlihatkan ekspresi dan kekuatan tubuh perempuan dalam penampilan koreografi dengan kebebasan gerak. Tubuh perempuan itu adalah sebuah kewajaran, kenormalan, tidak harus dilihat secara berlebihan. Dia mengambil inspirasi gerak koreografinya dari mana-mana, tidak merujuk pada salah satu benda. Termasuk gerakan yang terbangun secara psikologis. Ia mencontohkan seperti gerakan sesuatu yang merayap atau mengerikan.
Koreografi ini terlihat lebih menarik dengan tata lampu oleh Paul Lim. Ia memainkan terang-gelap dan fokus pencahayaan untuk memperkuat pertunjukan itu. Kedua penari menari dalam irama yang statis dari musik asli perkusi yang merupakan komposisi dari Scanner selama 2,5 menit, yang kemudian diulang-ulang dengan permainan tempo dan volume. DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo