Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Voice of Baceprot atau VOB merilis single barunya berjudul PMS. PMS, yang merupakan kependekan dari Perempuan Merdeka Seutuhnya ini sudah bisa diperdengarkan di semua platform digital pada Kamis, 3 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Single ini juga menjadi ajakan VOB kepada para perempuan penerabas stereotipe seusai penampilan mereka yang mencuri perhatian di Wacken Open Air 2022 di Jerman pada Juli lalu dan merilis School Revolution Remix Extended Play yang menampilkan enam DJ dari berbagai aliran musik elektronik pada Seotember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Single ini ditulis Marsya (vokal dan gitar), Widi (bass), dan Sitti (drum) saat ketiganya masih sekolah di SMA pada 2017. Lagu itu ditulis bersama guru pembimbing mereka saat itu, Abah Erza. “Kami menulis lagu ini dengan sisa-sisa energi dari sekolah. Soalnya, saat itu kebetulan kegiatan sekolah sedang padat-padatnya. Jadi pulang sekolah, kami ngumpul di studio untuk workshop lagu ini,” kata Marsya, dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Jumat, 4 November 2022.
Lirik PMS Sangat Berdaya
Meski disebut ditulis dengan sisa energi, lagu berdurasi 3 menit 31 detik itu tak kehilangan gaya VOB yang sangar. PMS menyimpan ledakan-ledakan kemuakan, ketidakpuasan, dan kemarahan VOB terhadap situasi dan kondisi yang terjadi dan mereka rasakan saat itu.
Marsya menuturkan, lirik lagu ini terinspirasi salah satunya kumpulan cerpen penulis Indonesia, Feby Indirani, Bukan Perawan Maria. Lirik Perempuan Merdeka Seutuhnya, merupakan bentuk protes mereka terhadap sikap-sikap diskriminatif dan penghakiman yang kerap dialamatkan pada para perempuan berpola pikir, cara pandang, sikap dan keinginan berbeda dengan norma-norma umum di arus utama.
Voice of Baceprot. Dok. VoB
“Lewat lagu ini kami ingin meneriakkan seruan solidaritas bagi para perempuan yang senasib,” kata Marsya. Ketiga personel yang berlatar belakang norma sosial yang kental dipengaruhi nilai-nilai adat patriarki ini, merasa kenyang melihat dan mengalami sendiri perlakuan atas dasar diskriminasi gender macam itu. Salah satu contohnya tidak ada pilihan hidup selepas SMA bagi kebanyakan anak perempuan, selain menikah atau dinikahkan. Begitupun dalam memilih profesi.
Jangankan menjadi musisi metal, kata Marsya, pilihan profesi mereka terbatasi oleh diskriminasi atas dasar gender. “Ironisnya, sikap seperti itu seringkali tidak hanya ditunjukkan oleh laki-laki terhadap perempuan, tapi juga sesama perempuan!” kata Marsya.
Lirik PMS Tetap Relevan di Masa Sekarang
Meski dibuat lima tahun lalu, lirik PMS tetap kontekstual dan relevan dengan situasi saat ini. Perempuan masih saja terjebak dan dijebak oleh diskriminasi atas dasar stereotipe patriarki, khususnya ketika berkenaan dengan pilihan profesi serta pilihan-pilihan hidup lainnya.
“Meski tak seperawan Maria Aku bukan budak busuk otakmu Meski tak seperawan Maria Akulah merdeka, merdekalah seutuhnya!”
Di sisi aransemen musikal, bisa dibilang tak banyak perubahan dari versi awal. Yuka Dian Narendra (GRIBS, Anda Perdana, Bonita) sebagai produser musik lagu ini, berperan dalam merapikan alur serta memilah-milah bagian terkuat dari versi awal untuk dipadatkan. Yuka juga membantu memilihkan sound yang tepat bagi tiap instrumen.
Di sektor vokal, Irvan Natadiningrat pelatih vokal Tiga Diva, Krisdayanti, Indonesian Idol, dan X-Factor, mengajak Marsya, Widi, dan Sitti untuk mengeksplorasi wilayah nada yang belum pernah disentuh sebelumnya. Di single ini, ketiganya berani menyanyikan di nada-nada uplifting, cerah, fun, seperti layaknya theme song anime.
“Awalnya agak ragu juga. Karena belum terbayang, lagu protes kok nyanyinya ceria. Tapi setelah dicoba, lalu didengar lagi, kami malah suka banget dengan hasilnya. Kayak ada sisi lain dari VOB yang baru terungkap dengan pendekatan seperti itu di lagu ini. Sisi yang fun, tapi tetap ada di jalurnya VOB…,” ujar Marsya lagi.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.