Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DARI banyak seniman di Indonesia, hanya Suprapto Suryodarmo yang begitu intens mengolah diri di candi-candi dan situs-situs arkeologis. Bagi Prapto--sapaan akrab Suprapto--candi bukanlah suatu monumen mati, melainkan monumen hidup. Pada 1970-an, dia mengajak murid-muridnya berlatih gerak di candi dan situs arkeologi di Jawa Tengah, seperti Prambanan, Borobudur, Cetho, Sukuh, dan Sangiran. Dari Candi Jago, Malang, sampai Gua Selomangleng, Kediri, Jawa Timur. Dari Gua Gajah sampai Pura Samuan Tiga di Bedulu, Bali. Bukan hanya itu, sejak 2008, tiap tahun bersama murid-muridnya di Inggris, ia mengadakan lokakarya gerak di situs megalitikum Avebury dan Stonehenge.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo