Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demi identitas bangsa, Retno Lestari Priansari Marsudi berakrobat dalam berbusana. Ini terjadi akhir Januari lalu. Pagi itu, Retno, yang baru menjadi Duta Besar Indonesia untuk Belanda, harus menyerahkan surat kepercayaan kepada Ratu Beatrix Wilhelmina Armgard di Istana Noordeinde di Den Haag.
Dari Jakarta, Retno, 49 tahun, telah mempersiapkan songket Palembang untuk acara kerajaan itu. Tentu bukan tanpa alasan. Selain menunjukkan keindahan baju nasional Indonesia, ada alasan yang lebih penting: kain ini bisa diberi sumpal di dalamnya.
Kok, disumpal? Maklum, saat itu di Eropa lagi musim dingin. Pada saat acara, suhunya sekitar nol derajat Celsius. Belum lagi, kendaraan yang digunakan untuk menjemputnya bukan mobil mewah yang dilengkapi penghangat, melainkan kereta kuda.
Agar tak membeku dalam perjalanan empat kilometer itu, Retno mengenakan pelapis khusus di bawah kebaya. Di balik songketnya, ia juga memakai bungkus termal. Stokingnya tebal. Selama di kereta, ia juga memakai selimut. "Pokoknya heboh, kayak mau perang," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo