Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di ruangan itu, ada seorang lelaki tua yang disangka Tora sebagai bos besar itu. Tora langsung mendekat dan menjura, memberi selamat. "Ternyata gue salah. Bosnya ada juga di ruangan itu, tapi masih muda banget. Aduh, tengsin-nya (malu—Red)" kata Tora. Untunglah, sang bos asli tetap menjulurkan angpau buat Tora. Jumlahnya? "Enggak tahu. Tidak pernah dibuka. Gue taruh saja di dompet sampai sekarang," dia melanjutkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo