Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"KAKEK saya meninggalkan Indonesia 150 tahun lalu. Ia keturunan
Sultan Bugis 500 tahun lampau. Karena itu saya berdarah Bugis.
Dan nama Bugis tetap kami pakai selama 4 generasi ini, meskipun
kami tinggal di Hijaz." Yang itu ialah Abdullah Abdul Muthalib
Bugis, kelahiran Mekkah 48 tahun lalu. Datang di Indonesia 21
Juni bagai Wakil Menteri Urusan Haji & Waqaf Arab Saudi dan
menjadi tamu H. Alamsyah, Menteri Agama, 26 Juni.
Wajahnya memang putih bersih sebagaimana layaknya orang Jazirah.
Kumisnya tipis. Tapi mata dan hidungnya tidak seperti orang
Hijaz asli. (Hijaz adalah satu kawasan Arab Saudi yang antara
lain meliputi Mekah dan Madinah). Merasa sebagai orang Bugis,
"mumpung berada di sini, saya menyempatkan diri pergi ke
Ujungpandang, memenuhi nostalgia," katanya lagi -- dalam bahasa
Arab.
Sebagai Presiden Asosiasi Pariwisata Timur Tengah, ia juga
menyenpatkan diri menengok Bali dan katanya berniat
mempromosikannya di negerinya sana. Menurut orang Kedubes Arab
Saudi, di sana banyak orang asal Indonesia yang beken. Misalnya
Dr. Ihsan Al Falembani (asal Palembang), pedagang besar yang
barusan membeli pesawat terbang produksi Nurtanio. Achmad Al
Bantani (asal Banten), syeikh terkenal, dan Abdurrauf Al Maduri
(asal Madura), kontraktor besar, dan lain-lain. Dan apa kata
Abdullah Abdul Muthalib Bugis tentang Indonesia? "Indonesia
jameelah. Indonesia jameelah!" Maksudnya indah. biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo