Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mobil balap karya tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada berbuah prestasi internasional.
Tak hanya mempresentasikan mobil karya mereka, tapi mereka juga melaju di sirkuit dengan sejumlah aral melintang.
Bimasakti Racing Team dibentuk pada 26 November 2010 dan pertama ikut lomba pada 2011.
Sebuah rangka mobil balap dengan ujung mengerucut seperti mobil balap Formula 1 (F1) teronggok di laboratorium Bimasakti Racing Team Universitas Gadjah Mada (UGM). Warna bodinya hijau tua dipadu hitam dengan liris merah putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada bodi samping, tergambar kepala salah satu tokoh Pandawa di pewayangan, Bima alias Werkudara, berlatar bendera start dan finis bermotif kotak-kotak hitam-putih. Tersemat stiker bergambar nomor “45” pada permukaan bodi. Sementara itu, ban-ban mobil berikut beberapa komponen pada mobil sudah dicopot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ya, ini mobil balap yang kami lagakan di Italia pada Juli lalu,” kata koordinator Bimasakti Racing Team UGM, Leander Axellino, 21 tahun, saat ditemui Tempo di laboratorium yang menjadi bengkel tim mereka, Kamis sore, 21 September lalu.
Mahasiswa Teknik Mesin UGM angkatan 2021 itu memimpin timnya berlaga Formula Society of Automotive Engineers (Formula SAE) 2023 di Sirkuit Riccardo Paletti, Parma, pada 12-16 Juli lalu. Dari dua kelas yang dilombakan, tim tersebut meraih sejumlah prestasi. Pada kelas Static Event, mereka meraih gelar juara 1 untuk Business Plan Presentation. Sementara itu, pada kelas Dynamic Event, mereka meraih Top 5 Endurance, Top 5 Efficiency, Top 5 Skidpad, Top 5 Autocross, dan Top 6 Acceleration.
Mobil balap buatan Bimasakti Racing Team Universitas Gadjah Mada (UGM), BM 12, dalam ajang Formula SAE Italy 2023 di Sirkuit Riccardo Paletti, Parma, Italia, Juli 2023. Dok. Bimasakti Racing Team UGM
Dalam Formula SAE 2023 itu, peserta lomba tidak hanya diminta mempresentasikan mobil balap karya mereka. Mereka juga melajukannya di sirkuit dengan panjang lintasan 22 kilometer. Mobil mereka melintas di jalur berbentuk angka delapan dan jalur dipenuhi dengan aneka aral lintang.
“Total kecepatannya sekitar 30 menit. Itu pun bahan bakarnya masih bersisa,” kata Leander. Ia menjelaskan efisiensi bahan bakar mobil balap timnya. Dengan volume bahan bakar yang menggunakan Pertamax Turbo sebanyak 5,5 liter, hanya terpakai sekitar 5 liter. “Dan ini pertama kalinya kami bisa ikut lomba di sirkuit. Tahun lalu gagal karena waktu mepet.”
Untuk laga Formula SAE 2023 di Eropa, Bimasakti Team Racing baru ikut untuk kedua kalinya. Mereka menjadi peserta pertama saat berlaga di Formula SAE 2022 di Belanda. Saat itu, tim butuh waktu cukup lama saat ikut seleksi technical inspection dalam kelas Static Event, yakni empat hari. Pada tahap inspeksi teknis itu, tim diminta melakukan presentasi di hadapan juri untuk memastikan apakah kondisi mobil layak atau tidak, aman atau tidak untuk mengikuti balap dalam kelas Dynamic Event. Meskipun lolos, mereka tak bisa ikut dalam Dynamic Event karena waktunya terlalu mepet.
Meski demikian, tim juga meraih prestasi di Belanda, yaitu meraih gelar juara 1 untuk Business Plan Presentation. Mereka juga mendapat penghargaan Golden Fighter Award yang diberikan kepada tim-tim yang punya daya juang lebih. “Karena kami tim yang datang dari tempat yang paling jauh juga,” ujar Leander.
Beruntung, proses technical inspection pada tahun ini hanya dua hari. Mobil yang diberi nama “BM 12”, alias Bimasakti generasi ke-12, itu pun bisa turun ke sirkuit.
Hanya, cuaca Italia yang panas, bahkan hingga 42 derajat Celcius saat itu, membuat tim waswas. Mereka khawatir ban mobil yang bergesekan dengan lintasan beraspal panas itu akan membuat lapisan ban cepat habis sebelum mereka menyelesaikan seluruh putaran. Sementara itu, mobil balap yang ikut laga tidak boleh ganti ban sebagaimana balap F1 pada umumnya.
“Yang boleh gantian driver-nya, sebanyak dua kali dalam setengah putaran,” ucap Leander.
Namun, hingga finis, kecemasan Leander tak terbukti. BM 12 tetap melaju hingga laga berakhir. Berbagai antisipasi telah dilakukan sejak uji coba yang biasa mereka lakukan di landasan udara TNI Angkatan Udara di Gading, Gunungkidul.
Dalam perlombaan Formula Student, setiap tim mengikuti dua bagian. Pertama, Static Event yang meliputi tiga cabang, yakni engineering design presentation, cost report, dan business plan. Dalam sesi ini, tim harus melakukan presentasi sebagai perusahaan tentang bagaimana mempromosikan dan menjual mobil balap produksinya. Juga bagaimana perusahaan menghitung modal yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil balap.
“Itu hanya presentasi. Selebihnya, kami tidak membuat produk massal karena Bimasakti itu tempat kami melakukan riset dan lomba.”
Kedua, Dynamic Event adalah tentang bagaimana tim membuat produk mobil balap. Pada bagian ini, ada cabang lomba akselerasi. Mobil balap dilagakan dengan tenaga sekencang-kencangnya dalam jarak 75 meter dengan waktu sependek mungkin.
Kemudian lomba skidpad dengan melagakan mobil balap di lintasan berbentuk angka delapan dengan diameter tertentu. Catatan waktu juga menjadi perhitungan.
Selanjutnya, terdapat event Autocross, yakni mobil diminta jalan di sirkuit sepanjang 22 kilometer atau 25 kali lintasan dengan beragam rintangan. Juri akan menilai apakah mobil peserta bisa dikuasai dengan mudah, dengan kecepatan yang baik, bagaimana performance mobil saat melewati rintangan, serta penilaian waktu.
Lalu penilaian tentang endurance dan efisiensi untuk menilai daya tahan mobil, ada permasalahan atau tidak, juga catatan waktu. Penilaian efisiensi dilihat dari perbandingan penggunaan bahan bakar dan jarak tempuh. “Mobil kami punya waktu tempuh 30 menit dengan kecepatan lebih dari 80-100 km per jam,” kata Leander.
Kelahiran Tim Bimasakti UGM
Bimasakti Racing Team dibentuk pada 26 November 2010 oleh sekelompok mahasiswa Fakultas Teknik UGM karena ingin ikut perlombaan Formula SAE di Jepang pada 2011. Itu pertama kalinya mahasiswa kampus itu mengikuti lomba Formula Student. Dengan mengusung nama tokoh wayang Bimasakti, mereka berharap timnya menjadi tim yang kuat dan pantang menyerah.
“Perlombaan Formula Student sudah lama terkenal di luar negeri. Tapi di Indonesia kurang dikenal,” kata staf humas Bimasakti Team Racing UGM, Novanda Havid Ramadani, 19 tahun, mahasiswa Teknik Biomedis UGM angkatan 2022.
Ajang setahun sekali yang digelar di sejumlah negara di beberapa benua berbeda itu terbukti bisa rutin diikuti Bimasakti sejak 2011. Mereka ikut Formula SAE di Jepang pada 2011-2019. Kemudian sempat vakum karena pandemi Covid-19 dan mulai berlaga lagi pada 2022. Sejak tahun itu, tim menjajal ke Benua Eropa. “Kami ingin mencari pengalaman dengan kompetisi yang lebih sulit,” kata Leander.
Semakin banyak mengikuti kompetisi Formula Student di berbagai negara dengan bobot berbeda akan menentukan peringkat tim di kelas dunia. Sebab, poinnya semakin banyak. Sejak mengikuti Formula SAE Jepang pada 2011-2019, Bimasakti meraih posisi Top 3 se-Asia dan Top 1 se-Indonesia. “Kami berharap bisa masuk Top 3 di Eropa tahun depan di Italia.”
Proses rekrutmen anggota dilakukan setahun sekali setelah mengikuti lomba dengan membuka pendaftaran terbuka. Setelah lolos seleksi administrasi, pendaftar akan mendapat penugasan di tiap divisi.
Bimasakti Racing Team Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam ajang Formula SAE Italy 2023 di Parma, Italia, Juli 2023. Dok. Bimasakti Racing Team UGM
Lantaran tak semua divisi bertugas membangun mobil balap, peserta yang mendaftar pun tak semuanya berasal dari Fakultas Teknik. Mereka yang lolos akan melanjutkan ke tahap presentasi, wawancara, dan magang di bengkel selama 1-3 bulan bersama tim. “Yang mendaftar bisa 300-an orang. Yang diterima hanya 20-30 orang,” kata Novanda.
Para anggota baru ini akan diikutkan dalam proses persiapan perlombaan Formula SAE tahun berikutnya. Misalnya, rekrutmen pada 2023 akan diikuti mahasiswa angkatan 2022-2023. Pendaftar yang lolos akan ikut serta dalam lomba pada 2024. Sementara itu, tim lama harus bersiap “pensiun”.
Seusai lomba, tim mesti mempersiapkan lomba selanjutnya untuk tahun depan. Setidaknya butuh waktu satu tahun untuk melakukan persiapan, dari riset hingga membangun mobil. Seperti membuat desain, membangun rangka, juga kaki-kakinya.
Untuk bahan pembuatan mobil dalam laga di Italia lalu, tim berusaha mencari komponen di kota-kota terdekat, kecuali ban mobil yang mesti mereka impor dari Amerika Serikat, yaitu merek Hoosier. Tak mengherankan, setidaknya tim butuh lebih dari Rp 500 juta untuk mempersiapkan laga itu, yang juga dibantu sejumlah sponsor. “Itu pun mepet, ya,” kata Leander.
Di sisi lain, nama “Bimasakti” cukup tenar di kalangan publik luar UGM. Leander, misalnya, mengungkapkan salah satu motivasinya mendaftar menjadi mahasiswa Teknik Mesin UGM adalah ingin bergabung dalam tim itu. Apalagi ia punya ketertarikan pada dunia otomotif. “Cita-citaku ingin bergabung dengan tim teknisi F1,” kata Leander.
Nova beda lagi. Meski ia tak masuk tim teknis manufacturing, pengalaman membangun komunikasi dan berhubungan dengan beragam pihak, seperti perusahaan untuk mencari sponsor, dan berjejaring cukup menjadi bekalnya nanti. “Apalagi karena jadi sering ketemu menteri dan pejabat lainnya.”
PITO AGUSTIN RUDIANA (YOGYAKARTA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo