Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Mewarnai Bandung dengan Mural

Komunitas mural itu beranggotakan dengan latar aneka profesi, dari mahasiswa, dosen, guru, seniman, hingga pembuat film.

4 Juni 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Komunitas Mural Bandung berkeliling kampung hingga sekolah untuk membuat mural.

  • Dalam mengerjakan mural, mereka melibatkan masyarakat setempat.

  • Selain jadi hobi, mural bisa menjadi pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan.

Anak-anak kecil siswa Madrasah Alam Cibolerang di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kegirangan. Begitu masuk ruang kelas beralas karpet pada Januari lalu, mereka berteriak dan melompat-lompat sambil melihat hiasan baru di dinding. Tim dari Komunitas Mural Bandung menghias tembok seluas 20 meter persegi itu dengan gambar bertema luar angkasa. Sosok astronautnya, selain orang, ialah kucing yang melayang dengan latar planet-planet dan pesawat antariksa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, di lantai Jalan Dalem Kaum Kota Bandung, tim mural komunitas membuat citra tiga dimensi bertulisan tiga huruf, yaitu BDG. Karya itu dilengkapi dengan titik berdiri pemotret untuk mengambil posisi terbaik sehingga gambarnya terkesan punya kedalaman bentuk. Selain itu, menurut anggota yang juga salah seorang pendiri komunitas, Deden M. Sahid, aktivitas mural mereka ikut melibatkan warga sekitar yang mencakup sembilan rukun tetangga. “Seperti di daerah Cibunut sampai jadi role model untuk mural di wilayah lain,” kata dia, Kamis, 25 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gambar mural di area permukiman padat penduduk itu menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Kegiatan Creative City yang dimulai pada Februari 2020 itu sempat surut selama masa pandemi Covid-19. Menyasar daerah padat penduduk, program itu sengaja dirancang harus melibatkan warga agar muncul rasa kepemilikan atas mural dan dijaga bersama. Artefak mural garapan komunitas yang dirintis pembentukannya oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung pada 2016 itu kini telah tersebar di berbagai lokasi.

Selain permintaan kepala daerah, pesanan mural lainnya ke komunitas datang dari perusahaan swasta, instansi pemerintah, dan pelaku usaha. Komunitas kemudian menginformasikan pesanan itu ke anggota. Adapun permintaan langsung ke anggota pun tidak dilarang. Sesama anggota kemudian bisa membentuk tim untuk penggarapannya. Komunitas tidak memotong komisi maupun menarik uang iuran bulanan keanggotaan.

Komunitas Mural Bandung. Facebook/ Deden M Sahid

Kebanyakan mural yang mereka buat berada di luar ruangan atau outdoor. Seperti karya perdana komunitas di sepanjang dinding penahan tanah longsor di Jalan Siliwangi pada 2016. Ketika itu, menurut Deden, mereka melibatkan hingga seribu orang lebih selama tiga hari pembuatan. Setiap tim menggambar di bidang seluas 40 meter persegi sesuai dengan desain yang telah dikurasi. Adapun yang spektakuler yaitu ketika mereka membuat mural di sekujur pesawat F-28 di hanggar Bandara Husein Sastranegara pada Juli 2022 atas permintaan TNI Angkatan Udara.

Komunitas yang anggotanya berusia 20 hingga 40-an tahun itu mempunyai latar aneka profesi, seperti dari kalangan mahasiswa, dosen, guru, seniman, kurator seni, pengelola galeri, hingga pembuat film. Sempat beranggotakan 150-an orang pada awalnya, kini yang masih aktif berkegiatan sekitar 20 orang. Mereka menjadikan mural sebagai ajang pertemuan untuk merekatkan keguyuban dengan sukacita menggambar. Selain di wilayah Bandung dan sekitarnya, karya mural mereka tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor, Sukabumi, dan Garut.

Mural di dalam ruangan, misalnya, mereka buat di kafe, kantor, ruang tunggu rumah sakit, dan sekolah. Bidang gambar paling kecil sekitar 2 meter persegi, sedangkan yang paling luas seperti di pesawat dan sebuah gedung tiga lantai milik sebuah ormas keagamaan. Dalam tahap pengerjaannya, tim komunitas berbagi tugas, dari pembuat konsep gambar, art director, desainer mural, penggambar outline, penyampur warna cat, hingga urusan teknis lain soal penyiapan peralatan serta steger. Kadang komunitas juga melibatkan tenaga dari luar, seperti pelajar atau mahasiswa, yang perekrutannya dilakukan melalui poster di media sosial.

Seorang anggota komunitas Atin Solihin, yang bergabung sejak Oktober 2020, punya tim sendiri untuk menggarap mural yang maksimal berjumlah sepuluh orang. Seniman berusia 29 tahun yang sempat kuliah di jurusan seni rupa murni Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung selama setahun itu mulai aktif membuat mural sejak 2016. Awalnya dia bekerja sendiri untuk membuat mural berukuran 3 x 5 meter pada dua tembok di sebuah kafe. “Awalnya iseng karena diminta teman, lama-lama banyak yang minta dibuatkan mural,” ujarnya, Kamis, 25 Mei 2023.

Karya komunitas Mural Bandung. Facebook/ Atin Solihin

Di sisi lain, Atin juga menggarap proyek sosial kesenian yang bertajuk "Mural Lembur" yang kini sudah bergulir tujuh kali. Lokasinya seperti di Cigondewah, Babakan Ciparay, juga Lanud Sulaeman, bersama warga sekitar hingga bergotong-royong membersihkan kampung. Dari aktivitasnya itu yang juga diunggah ke media sosial, kiprah dan karyanya dikenal orang, hingga ia diminta membuat mural di Bandara Mentawai Baru. Atin menggambar motif tato khas budaya warga setempat pada dua tembok yang luas bidangnya mencapai 240 meter persegi.

Selama masa pandemi, Atin mengaku pesanan mural terus mengalir hingga sekarang daftar proyeknya telah menunggu sampai Juni. Kebanyakan permintaan mural itu datang dari pelaku usaha, seperti kafe dan tempat kuliner. Ada pula kolam renang dan lokasi wisata di Bandung hingga luar provinsi. Setiap bulan maksimal ada empat pesanan mural yang digarap secara kerja borongan. Lama pembuatannya beragam, dari hitungan hari hingga ada yang minta selesai dalam sehari. Proyek cepat seperti cerita dalam dongeng Sangkuriang itu dikerjakan dengan harga khusus. “Sehari beres, tiga hari badan sakit,” katanya sambil tertawa.

Menurut Deden dan Atin, harga pembuatan mural beragam, misalnya dari Rp 250 ribu hingga 1,5 juta per meter persegi. Biaya itu sudah mencakup seluruhnya, dari urusan gambar hingga untuk makan dan minum. Tambahannya ongkos transportasi jika lokasinya di luar Bandung. Deden mencontohkan, ketika menggarap mural di sebuah waduk di Jawa Barat, mereka sampai memberangkatkan 150 orang menggunakan bus. Selain jadi hobi, mural bisa menjadi pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan, khususnya bagi anak-anak muda yang suka menggambar atau melukis. Komunitas Mural Bandung terbuka bagi siapa pun untuk bergabung.

ANWAR SISWADI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus