Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran membuat platform edukasi budi daya perikanan.
Pelatihan daring bisa membantu pengembahan usaha para pembudi daya ikan hias.
Fishery Skill Lab akan diluncurkan kepada publik pada November mendatang.
KEHADIRAN berbagai platform edukasi daring (edutech) yang menyediakan kelas-kelas pelatihan keahlian dan keterampilan bagi masyarakat menginspirasi tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, untuk membuat hal serupa. Mereka adalah Muhammad Gugum Gumelar, Fatimah Tresna Nirmala, dan Nanda Elisa Yunita, yang berkuliah di tiga fakultas berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gugum dan kawan-kawan merupakan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi Mahasiswa Unpad (Kopma Unpad). Di sanalah mereka menggagas Fishery Skill Lab, sebuah wahana penyedia pelatihan keahlian budi daya perikanan untuk masyarakat luas. “Ide ini awalnya untuk program kerja UKM, merancang sebuah model bisnis usaha rintisan,” kata Nanda Elisa Yunita, yang berperan sebagai Chief Marketing Officer Fishery Skill Lab, kepada Tempo, Jumat lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Juli lalu, ide bisnis Fishery Skill Lab dikirim untuk mengikuti kompetisi Hibah Inovasi Pre-Startup Mahasiswa Unpad (HIPSMU). Proposal mereka terpilih bersama 26 model usaha rintisan lain dan mendapat pendanaan untuk dikembangkan. “Setelah lolos di HIPSMU, kami diminta mengimplementasikan ide start-up ini dan membangun situs webnya,” Nanda menjelaskan.
Mereka memilih pelatihan budi daya perikanan karena belum ada aplikasi daring yang secara khusus menyediakan pelatihan keahlian di bidang ini. Kebetulan Gugum—yang didapuk sebagai Chief Executive Officer Fishery Skill Lab—adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Unpad angkatan 2017. “Gugum di rumahnya juga punya usaha budi daya ikan gupi,” Nanda bercerita.
Adapun Nanda, yang berkuliah di jurusan Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad angkatan 2018, didapuk mengurusi pemasaran dan promosi. Sedangkan Fatimah, yang berkuliah di jurusan Agroteknopreneur Fakultas Pertanian Unpad angkatan 2019, berperan sebagai chief technology officer.
Dua bulan mereka mengikuti HIPSMU, Fishery Skill Lab direkomendasikan untuk mengikuti kompetisi lain, yakni National Hackathon and Collaboraction 2021. Kompetisi tingkat nasional ini diadakan oleh Direktorat Inovasi dan Korporasi Unpad, Direktorat Pendidikan dan Internasionalisasi Unpad, Pusat Inkubator Bisnis/Oorange Unpad, BEM Kema Unpad, serta Social Economic Accelerator Lab by Amazon Web Services (AWS). Dalam acara ini, Fishery Skill Lab terpilih sebagai salah satu pemenang.
Sebagai salah satu pemenang, Fishery Skill Lab mendapat pendanaan dan bimbingan dari praktisi dan ahli. Dalam sesi mentoring, kata Nanda, mereka disarankan berfokus menyediakan pelatihan daring untuk budi daya ikan hias. “Sebetulnya konsep awal Fishery Skill Lab tidak hanya untuk budi daya ikan hias, tapi juga budi daya berbagai jenis ikan air tawar. Tapi, untuk tahap awal, kami mencoba berfokus di ikan hias dulu.”
CEO Fishery Skill Lab, Muhammad Gugum Gumelar (kiri), CMO Fishery Skill Lab, Nanda Elisa Yunita, dan CTO Fishery Skill Lab, Fatimah Tresna Nirmala. Dok Pribadi
Gugum dan kawan-kawan menargetkan pelatihan daring ini nantinya bisa membantu mengembangkan usaha para pembudi daya ikan hias. Sebab, selain memberikan materi pelatihan secara teknis, Fishery Skill Lab menyediakan pelatihan pengembangan usaha. “Target kami semua kalangan, dari pemula, pehobi, hingga pengusaha.”
Nanda menjelaskan, peserta pelatihan bisa mengakses materi dan modul pelatihan dalam bentuk teks ataupun video setelah mendaftar di situs web Fisheryskill.id.
Saat ini, ujar Nanda, tim Fishery Skill Lab tengah menyusun modul dan materi pelatihan. Bahan ajarnya berasal dari materi perkuliahan dan sumber lain. “Kami juga menggandeng alumnus Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Unpad yang sudah terjun ke usaha budi daya ikan hias. Nanti mereka menjadi mentor dan pengajar.”
Biaya untuk mengikuti pelatihan di Fishery Skill Lab berkisar Rp10-200 ribu, bergantung pada tingkatannya. Mereka merancang materi pelatihan untuk pemula, menengah, hingga ahli. Peserta pun bisa membeli starter kit budi daya ikan hias yang terdiri atas bibit ikan, akuarium, saringan air, dan sebagainya. “Jadi, peserta bisa sekalian praktik di rumah masing-masing, tanpa terhambat lokasi dan waktu.”
Fishery Skill Lab akan diluncurkan kepada publik pada November mendatang. Selain masih menyempurnakan situs web dan melengkapi modul pelatihan, tim Fishery Skill Lab tengah menjajaki kerja sama dengan para dosen di Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Unpad agar bisa berpartisipasi sebagai mentor.
Untuk jangka panjang, Nanda berharap Fishery Skill Lab bisa memperluas jangkauan platform ini lewat kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka juga bercita-cita platform ini bisa turut menekan angka pengangguran yang meningkat belakangan ini.
Potensi bisnis ikan hias memang besar dan terus berkembang. Mengutip keterangan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2019, produksi ikan hias nasional tercatat sebesar Rp 19,81 miliar. Beberapa jenis ikan hias yang bernilai ekspor adalah arwana, koi, cupang, guppy, dan manfish.
PRAGA UTAMA | ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo