Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"SENYUM hatiku senyum", begitulah salah satu baris sajak Amir
Hamzah yang terkenal. Sajak itu sedih sebenarnya: penyairnya
ingin menghibur diri dari perasaan yang mengiris. Dan
bertahuntahun setelah sajak-sajak melankolik penyair itu
ditulis-sekitar tahun 30-an--orang masih bertanya-tanya: apa
yang terjadi pada Amir?
Sebab meski perasaan religiusnya dalam, Amir ini nampaknya tak
cuma masygul karena kerinduannya kepada Tuhan. Banyak dugaan
bahwa "buah rindu"-nya itu adalah akibat cinta yang gagal. Ia
memang menikah dengan putri bangsawan yang masih termasuk
keluarganya sendiri di Sumatera Utara. Tapi cinta sejatinya
berada di tempat lain. Maka salah satu teka-teki terbesar
kesusastraan Indonesia ialah: siapa gadis yang sering disebut
secara samar-samar dalam puisi Amir Hamzah yang mengharukan
itu?
Ternyata dia seorang putri Sala. Pegitulah diungkapkan pengarang
wanita Nh. Dini dalam majalah Femina pekan ini. Dalam tulisan
berseri itu bahkan dimuat potret Amir dengan sang dara, yang
bernama Ilik Sundari.
Tak heran bila salah satu sajak Amir menyebut nama "Sendari
Dewi", dan ternyata benar info pengarang Athei. Achdiat K.
Mihardja kepada kritikus H.B. Jassin sekitar 20 tahun yang
silam. Yakni bahwa gadis ini, Ilik Sundari ditemui Amir sewaktu
bangsawan Langkat yang jadi penyair ini bersekolah di Sala.
Cinta mereka tak sampai, dan Amir Hamzah dalam salah satu
puisinya menulis, "Tuhanku apakah kekal ? "
Tak ada yang kekal rupanya, meskipun Amir, kepada istrinya,
putri Sultan Langkat, konon mengatakan, "Aku tetap mencintai
gadis Jawa itu." Dan melalui puisinya cinta itu abadi, juga
setelah Amir Hamzah mati terbunuh dalam revolusi sosial Sumatera
Timur yang membasmi para bangsawan Melayu di tahun 1946.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo