Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ide melakukan bike trip rute Bandung-Denpasar dicetuskan komunitas sepeda Sumber Senang pada tahun lalu.
Penggalangan dana secara online sudah terkumpul Rp 18 juta dari target Rp 20 juta.
Selama 12 hari perjalanan, peserta touring sepeda Bandung-Denpasar ada yang tetap bekerja via online.
Kamis lalu adalah hari kesembilan Pradipta Dirgantara bersama komunitas sepeda Sumber Senang melakukan perjalanan jauh secara mandiri dari Bandung ke Denpasar. Malam itu, mereka menginap di sebuah hotel yang berada di Probolinggo, Jawa Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Total jarak yang mereka tempuh sejak hari pertama melakukan touring sepeda mencapai 840 kilometer, dari target 1.000 kilometer yang harus dicapai pada Ahad, 12 Juni 2022. “Jadi, sisa 150-180 kilometer lagi menuju Denpasar,” kata Pradipta kepada Tempo, Kamis, 9 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jelajah yang dilakukan Pradipta, 33 tahun, bersama delapan anggota komunitasnya bukan sekadar menjalani hobi bersepeda. Sambil mengayuh, mereka melakukan aksi solidaritas dengan menghimpun donasi untuk membantu pedagang bersepeda yang terkena dampak pandemi.
Ide menggelar bike trip ini dicetuskan sejak tahun lalu. Pradipta bersama empat anggota Sumber Senang menjajal perjalanan dari Bandung ke Yogyakarta dengan tujuan mengakrabkan diri satu sama lain.
Komunitas pesepeda Sumber Senang berdonasi kepada pedagang sepeda yang ditemui saat melakukan bike trip 1.000 kilometer Bandung-Denpasar. Dokumentasi Sumber Senang.
Dosen ilmu komunikasi di Universitas Telkom, Bandung ini menilai para pesepeda kerap mendapat stigma dari masyarakat. Mereka dianggap mengganggu pengguna jalan lain, bahkan sering disebut arogan. Padahal, kata dia, banyak penggowes yang taat aturan. Salah satunya adalah pedagang bersepeda yang banyak dijumpai saat touring ke Yogyakarta. “Mereka tetap mengayuh sepeda puluhan kilometer tiap hari, tapi tetap rendah hati, humble,” ujar Pradipta.
Sepulang dari Yogyakarta itulah Pradipta, warga Cimahi, Jawa Barat merencanakan bike trip yang lebih jauh. Ia ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa kereta angin tidak hanya untuk bersenang-senang, tapi juga mencari nafkah. Akhirnya diputuskanlah touring sejauh 1.000 kilometer sambil melakukan gerakan #berbagisenang.
Jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, Komunitas Sumber Senang sudah melakukan penggalangan donasi secara offline. Uang sumbangan dibagi ke beberapa amplop dan diberikan kepada pedagang bersepeda yang ditemui saat perjalanan ke Denpasar.
Adapun Pradipta mengkoordinasi penggalangan dana secara online melalui platform Kitabisa.com yang akan ditutup pada 20 Juni 2022. Dari target Rp 20 juta, dana yang terkumpul per 11 Juni 2022 sudah mencapai Rp 18 juta. Dana tersebut akan dibagikan kepada 10 pedagang bersepeda untuk menambah modal atau mengembangkan usahanya, masing-masing Rp 2 juta.
Dalam mengeksekusi rencananya ini, Pradipta dan kawan-kawan telah melakukan berbagai persiapan. Salah satunya mengumpulkan biaya untuk memenuhi kebutuhan selama perjalanan. Komunitas ini melakukan touring mandiri tanpa dukungan mekanik maupun tim evakuasi. Namun Pradipta bersyukur ada beberapa merek lokal yang bersedia mensponsori perlengkapan bersepeda, dari baju hingga topi. “Itu jadi penyemangat buat kami karena ada yang dukung,” ucap Pradipta.
Persiapan lainnya, setiap 2-3 pekan sekali, komunitas ini mengadakan gowes bareng ke daerah yang agak jauh dari Bandung. Mereka berlatih dan saling mengecek kondisi kereta angin masing-masing. Untuk melakukan perjalanan 12 hari Bandung-Denpasar, kata Pradipta, harus mengutamakan keamanan. Total hampir delapan bulan persiapan itu dilakukan.
Mereka juga menggunakan roadbike yang dimodifikasi menjadi sepeda touring dan dilengkapi dengan rak dan pannier atau tas sepeda. Mereka tidak mengenakan ransel di punggung karena akan membuat pundak sakit. “Jadi, di badan cuma baju saja kalau bisa atau rompi. Sisanya, barang bawaan besar, harus ditempel di sepeda,” kata Pradipta.
Selama touring, mereka tidak ngoyo dalam mengejar target jarak tempuh. Ketika capek atau waktunya tiba, Pradipta dan teman-temannya mencari penginapan untuk beristirahat. Apalagi beberapa di antara mereka juga ada yang sambil bekerja. Pradipta, misalnya, harus membawa laptop karena memiliki jadwal mengajar. Ada pula temannya yang sambil mengerjakan disertasi.
Untuk menyiasati pekerjaan dengan jadwal touring, Pradipta kadang harus berangkat lebih awal dari penginapan dan janjian bertemu di titik tertentu dengan teman-temannya. Karena tiba duluan, ia bisa mengisi waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya sambil menunggu anggota yang lain menyusul. “Meski itu tantangan, tapi masih bisa menyiasati semuanya.”
Ajib, anggota Komunitas pesepeda Sumber Senang, bersama pedagang es potong yang menggunakan sepeda dalam acara bike trip 1.000 kilometer dari Bandung ke Denpasar. Dokumentasi Sumber Senang.
Ada berbagai cerita dan pengalaman unik yang mereka alami dalam perjalanan. Misalnya mereka bertemu dengan pedagang sayuran di Jombang yang sudah berusia 75 tahun. Sebelum pandemi, sang pedagang berjualan di pasar. Namun, karena pembatasan sosial dan masyarakat jarang belanja, pedagang itu berkeliling menjajakan sayurannya dengan sepeda.
Mereka juga bertemu dengan pedagang bersepeda yang sudah sepuh sambil membawa rongsokan, yang bobotnya 10-15 kilogram setiap hari.
Dari pengalaman itu, Pradipta jadi bisa membandingkan betapa jauh penggunaan sepeda di kota dan di desa. “Kalau di kota, yang dipermasalahkan arogansi. Sementara mereka bergelut dengan masalah sehari-hari yang fatal, kebutuhan pangan, tapi mereka tetap sabar.”
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo