Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Pengorbit Atlet dari Pangalengan

Agung Mulyawan mendirikan Agung Mulyawan Track Club untuk membina calon atlet lari. Menyediakan mes dan memenuhi kebutuhan nutrisi calon atlet binaan.

5 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Agung Mulyawan mendirikan Agung Mulyawan Track Club untuk membina calon atlet lari.

  • Kini ada 75 anak yang menjadi anggota Agung Mulyawan Track Club, termasuk atlet binaan.

  • Beberapa pelari lokal binaan Agung Mulyawan Track Club telah mengukir prestasi, seperti meraih medali perak dan perunggu di Kejuaraan Nasional Atletik 2019.

HARI masih pagi dan dingin ketika sekelompok pelari muda bersiap di lintasan lari stadion olahraga Arcamanik, Bandung, Kamis lalu. Para pelari itu ialah Parhan Abdul Latief, Fiqri Nur Fazri, Sam Ali, Gina Fitriani, Neng Sulastri, dan Djeskia Meilisa. Mereka diuji lari sejauh 5.000 meter dengan target waktu yang beragam, antara lain di bawah 18 menit, 20 menit, dan kurang dari 25 menit untuk pelari putri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pelari berusia 12-18 tahun tersebut binaan Agung Mulyawan Track Club (AMTC). Mereka adalah anak-anak Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang disiapkan menjadi atlet lari jarak 800 hingga 5.000 meter. Mereka juga telah menyabet gelar juara di tingkat provinsi. “Targetnya, mereka bisa masuk pelatnas (pemusatan latihan nasional),” ujar sang pelatih, Agung Mulyawan, kepada Tempo di Bandung, Rabu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agung mendirikan AMTC pada 1 Januari 2018. Pria berusia 31 tahun itu ingin mengorbitkan anak-anak Pangalengan sebagai atlet lari. Cita-cita tersebut bermula saat ia ditunjuk sebagai pelatih atlet nasional Agus Prayogo untuk perhelatan SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, tersebut belum siap untuk menjadi pelatih atlet lari jarak jauh.

Agung Mulyawan memberi arahan kepada anggota AMTC di stadion atletik Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, 2 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia

Agung kemudian belajar cepat tentang metode latihan untuk pelari maraton. Sebelumnya, dia adalah sprinter atau pelari jarak pendek. Sejak SMP, ia dibina guru olahraga untuk berlatih atletik. Semasa SMA, selain lari, ia menjadi juara lompat jauh. Namun cedera hamstring pada paha belakang saat berlari memupuskan harapannya untuk menjadi atlet nasional.

Pensiun dini sebagai atlet pada 2011 atau saat berusia 21 tahun, Agung malah kepincut menjadi pelatih. Lulusan Jurusan Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Jakarta pada 2012 tersebut juga mengantongi sertifikat Anatomy, Theory, and Practice of Weight Training pada 2011.

Saat itu, Agung berjanji, kalau Agus Prayogo berhasil di SEA Games, dia mau belajar lagi soal lari maraton dengan mendirikan klub lari. Ternyata Agus sukses meraih emas di nomor 10 ribu meter, perak di maraton, dan perunggu di nomor lari 5.000 meter.

Faktor lain yang mengukuhkan keinginan Agung mendirikan AMTC ialah anak-anak Pangalengan. Sejak 1980-an, daerah pegunungan di selatan Bandung itu menjadi lokasi favorit untuk melatih para pelari nasional. Tapi tak ada satu pun anak Pangalengan yang menjadi pelari. Padahal mereka punya potensi sebagai atlet lari karena didukung kondisi alam.

Ketinggian daerah Pangalengan yang berkisar 1.500 meter di atas permukaan laut, bersuhu dingin, dan minim oksigen membuat warga setempat terlatih secara alamiah dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik. Sayangnya, postur tubuh anak-anak Pangalengan tergolong pendek untuk menjadi pelari. Agung meminta kepada orang tua di sana untuk memperhatikan gizi putra-putrinya, setidaknya sejak usia 1-5 tahun.

Agung tiba di Pangalengan pada 2015 ketika menjadi asisten pelatih Pelatnas Atletik untuk persiapan SEA Games 2015 di Singapura. Ia membeli lahan seluas 900 meter persegi dan kurang dari separuhnya dibangun rumah. Di kediamannya tersebut terdapat tiga kamar dengan masing-masing ranjang bertingkat untuk tempat tinggal 6 atlet binaannya.

Agung pun menanggung seluruh makanan atau kebutuhan nutrisi atlet binaannya tersebut. Mereka berlatih lari pagi atau sore agar tidak mengganggu sekolah. Lokasi latihan pelari AMTC berada di Kampung Kebon Jambu, Desa Marga Mukti, dengan tempat latihan di area perkebunan teh Malabar.

Agung Mulyawan memberi arahan kepada anggota AMTC di stadion atletik Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, 2 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia

Mulanya, Agung menggaet anak-anak di sekitar rumah untuk dilatih, termasuk anak asisten rumah tangganya. Namun ada juga anak dari Situ Cileunca bernama Tazi Ahmad Dani yang ingin menjadi pelari. Tazi adalah salah satu anggota AMTC pertama yang bergabung pada 2018 dan kini menjadi atlet berprestasi di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar di Ragunan, Jakarta.

Tiap bulan Agung Mulyawan Track Club memerlukan dana sekitar Rp 10 juta untuk biaya operasional dan memenuhi kebutuhan calon atlet. Sebagian dana itu ia peroleh dari para donatur. Selebihnya ia biayai dari membuka jasa kepelatihan bernama Gantarvelocity. Ia melayani pelatihan, seperti  meningkatkan kondisi fisik, lari jarak jauh, atau keahlian olahraga individu. “Di AMTC saya membina bibit atletnya, di Gantarvelocity saya membina bibit pelatihnya,” ujarnya.

Hingga kini AMTC masih berupaya melengkapi fasilitas pembinaan, seperti tenaga medis dan psikolog. Cita-cita lainnya yaitu punya sarana dan prasarana latihan, seperti lintasan atletik, kolam renang, dan gimnasium.

Kini ada 75 anak yang menjadi anggota AMTC, termasuk yang dibina secara intensif dan tinggal di mes. Para bocah di luar mes terkadang datang berlatih bersama menjelang lomba. Agung Mulyawan Track Club juga punya agenda rutin lomba lari Pangalengan Track Race. Perhelatan tahunan itu sekaligus dipakai Agung untuk mencari bibit pelari anyar.

Menurut Agung, latihan fisik pelari tidak bisa absen sehari pun. Pola latihannya tidak selalu harus berlari, melainkan bisa dengan olahraga kebugaran lain untuk menjaga stamina. Bagi pelari yang usai bertanding, dia menerapkan active rest. “Lupakan dulu lari 1-2 minggu dengan berolahraga lain.” 

Beberapa pelari lokal binaan AMTC telah mengukir prestasi. Misalnya medali perak dan perunggu dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Jakarta, dan medali perunggu pada kejuaraan antarpelajar di Thailand kategori pelari berusia kurang dari 16 tahun berjarak 3.000 meter. Rekor lainnya misalnya juara I-III kejuaraan maraton di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung; dan perhelatan Borobudur Marathon 10K.

ANWAR SISWADI (Bandung) | GANGSAR PARIKESIT

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus