Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Membuka pameran lukisan

Ali Wardhana, menko ekuin, meresmikan pameran lukisan adi munardi di tim. gemar berolah raga, memotret dan lukisan yang bukan abstrak. lukisan seharga rp 2 juta dibelinya. (pt)

11 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMBUKA pameran lukisan lebih menarik daripada mengumumkan devaluasi. Setidaknya begitulah kesan Kamis malam pekan lalu di Taman Ismail Marzuki: Menko Ekuin Ali Wardhana meresmikan pameran Adi Munardi, pelukis yang pernah tergabung dalam Sanggarbambu. Sementara sewaktu pengumuman devaluasi rupiah terhadap dolar tempo hari, Menteri justru tak hadir. Konon, untuk perkara devaluasi, Ali Wardhana sedang sakit. Dan untuk soal pameran, "Lho, saya ini sudah di-booking oleh pelukisnya jauh sebelum devaluasi," katanya. "Dan kebetulan saya punya waktu, dan dengan Adi saya sudah kenal tahun 1972, ketika saya masih jadi dekan Fakultas Ekonomi UI." Doktor ekonomi ini pun memang punya perhatian juga pada hal-hal di luar soal ekonomi dan keuangan. Ia gemar berolah raga dan suka memotret. Ini sebabnya, meski wajahnya selalu tampak letih memikirkan ekonomi Indonesia, barangkali, Ali Wardhana yang berdada bidang itu tetap tampak bersemangat. Begitu juga malam itu. Kepada wartawan TEMPO Rini PWI Asmara ia bercerita, banyak memajang hasil jepretannya sendiri di rumah. Juga beberapa lukisan karya pelukis yang disenanginya, antara lain Affandi. "Saya ini senang lukisan, tapi bukan yang abstrak," katanya. "Kalau sudah abstrak, saya nggak mengerti." Tak dikatakan oleh Menteri, termasuk abstrak atau bukan lukisan Adi yang sudah tak menyuguhkan bentuk realistis seperti dilihat mata itu. Yang jelas, ketika itulah, ada yang nyelonong. "Pak, kalau tidak paham lukisan abstrak, saya bisa menjelaskan," kata orang itu, yang ternyata Omar Abdalla, Direktur Utama BBD. Dengan yakin Omar menghampiri sebuah lukisan, lalu sambil tangannya menunjuk-nunjuk, katanya, "Ini, ada empat garis, di sini ada lima. Ini klop dengan angka 45% dan bukan 50%." Menteri pun tergelak, wajahnya jadi cerah, sebentar. Kembali berwajah serius, Ali, bapak empat anak, lalu menunjuk pada sebuah lukisan yang dipilihnya. "Itu yang ada warna cokelatnya saya suka. Yang lainlain 'kan lebih banyak hitamnya. Lagi pula, yang itu mirip lukisan Picasso," katanya pula. Menurut daftar harga, pilihan Menko Ekuin itu berharga Rp 2 juta kurang jelas sudah disesuaikan dengan devaluasi atau belum. Tapi apa, ya, yang dicari oleh orang kelahiran Solo 58 tahun lalu dari lukisan, foto, patung keramik yang menghiasi rumahnya? Bila di kantor hanya sempat melihat tumpukan kertas, map, dan angka-angka, "Melihat karya seni itu menyegarkan pikirran," jawabnya, dan tetap dengan wajah yang letih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus