Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kisah Gus Dur dan Kumbakarna 

Ngatawi Al-Zastrouw pernah diminta Gus Dur mencari perajin wayang di Yogyakarta. Gus Dur memesan karakter wayang Kumbakarna.

27 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ngatawi Al-Zastrouw pernah diminta Gus Dur mencari perajin wayang di Yogyakarta.

  • Gus Dur menyukai sifat kesatria Kumbakarna.

  • Meski Kumbakarna adik Rahwana yang suka tidur, ia raksasa yang mencintai tanah airnya tanpa syarat.

VIRALNYA polemik mengenai halal-haram wayang mengingatkan Ngatawi Al-Zastrouw pada pengalamannya bersama Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia—lembaga di bawah naungan UI yang berfokus pada kajian dan pengembangan kebudayaan—itu pernah diminta menemani Gus Dur berkeliling Jawa untuk berziarah ke makam para wali dan berkunjung ke pesantren-pesantren pada 1991. Saat itu Gus Dur masih menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika sampai di Daerah Istimewa Yogyakarta, Gus Dur meminta Zastrouw mencarikan seorang perajin wayang untuk memesan karakter wayang favoritnya: Kumbakarna. Sebelum berangkat, ia bertanya kepada Gus Dur, “Kok, Kumbakarna sih, Gus, apa enggak ada yang lain? Kumbakarna kan raksasa, adiknya Rahwana.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gus Dur menjawab, “Kowe ora ngerti Tro, Kumbakarna kuwi rakseso sing gaweane mangan-turu ning cinta banget karo tanah aire (Kamu tidak mengerti Tro, Kumbakarna itu raksasa yang kerjanya makan-tidur tapi sangat mencintai tanah airnya).” Zastrouw menceritakan jawaban Gus Dur dalam bahasa Jawa itu kepada Gunawan Wicaksono dari Tempo, Senin, 21 Februari lalu.

Dalam epos Ramayana, Kumbakarna yang merupakan adik Raja Alengka, Rahwana, dikenal sebagai raksasa yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Tidak ada yang bisa membangunkannya kecuali ketika pasukan Rama Wijaya menyerbu Alengka untuk menyelamatkan Dewi Shinta yang diculik Rahwana. 

Zastrouw, yang pernah menjadi asisten pribadi Gus Dur, mengatakan Presiden Indonesia keempat itu menyukai sifat kesatria Kumbakarna yang maju berperang menghadapi Rama dan pasukannya bukan untuk membela sang kakak, melainkan tanah air. Gus Dur saat itu berpesan, seperti dalam perjuangan melawan pemerintah Orde Baru, jangan sampai ada perpecahan di antara bangsa sendiri.

Zastrouw lalu blusukan ke kampung-kampung dan menemukan seorang perajin wayang kulit di Kabupaten Bantul. Ia lalu memintanya membuatkan wayang Kumbakarna dengan tinggi sekitar 1 meter. Wayang seharga Rp 1,2 juta itu jadi tiga bulan kemudian. Gus Dur memajang wayang tersebut di ruang kerjanya di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Namun, sejak kantor itu direnovasi pada awal 2000, Zastrouw tak pernah melihatnya. “Saya kehilangan jejak sang Kumbakarna,” ucapnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus