Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

tokoh

Mengikuti ffa di indonesia

Hu hwei-chung, 22, bintang film taiwan mengikuti acara ffa ke-26 di indonesia. ia betah tinggal di bali. tapi kecewa sewaktu harus menunggu pesawat untuk ke bali.

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA di antara 5 film yang dibintanginya, Smiling Face dan Oh Well Thus They Well, pernah beredar di sini. Dan ketika bintang film Taiwan itu, Hu Hwei Chung, 22 tahun, datang bersama kawan-kawannya untuk mengikuti acara Festival Film Asia ke-26 barusan, banyak orang tertarik. Tentu saja karena ia manis dan sexy. Ibunya biasa memanggiln ya Si Kecil Hwei (Siauw Hwei), karena ia memang anak bungsu di antara 5 bersaudara. Mahasiswi jurusan sejarah. Dan lebih senang untuk membintangi film percintaan. Juga seks, bukan? "Itu tergantung keadaan," ujarnya. Meski kemudian ia merasa cocok dengan udara Bali, toh ketika bersama rombongan lain harus menunggu pesawat Garuda di bandar udara Adisucipto Yogyakarta selama 4 jam--untuk terbang ke sana -- Hwei kesal juga. "Kalau kami diberitahu lebih dulu, 'kan bisa belanja dulu di pasar," katanya penasaran. Ami Priyono, sutradara yang memelihara jenggot itu, pun penasaran -- di Bali. Soalnya, "begitu rombongan tiba, petugas hotel langsung mengosongkan isi lernari es. Aneh," katanya. Tapi "itu atas permintaan Organizing Committee FFA," jelas Manajer Umum Hotel Bali Beach itu. Lalu ia berkisah, begitu rombongan menginap seorang petugas datang melapor. Ada peserta dari negara asing yang katanya buang air besar di bak mandi. Tapi Roy Marten malah menilai panitialah yang keterlaluan. Ketika rombongan dijamu di Hotel Ambarukmo Sheraton Yogyakarta misalnya. "Nama kami dipakai, karcis dijual, eh, ketika minum Coca Cola saja kami harus bayar," katanya kesal. Adapun aktor Koesno Soedjarwadi telah membayar festival itu dengan cara lain. Ketika pawai artis diselenggarakan di Yogya, 28 Juni, seseorang dari jejalan penonton menyambutnya dengan sebuah batu. Dahi Koesno benjol. "Itu risikonya kalau disenangi masyarakat," ujarnya dengan lapang hati, seakan telah mendapat suatu hikmah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus