Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENJELANG Sidang Umum MPR, sesepuh Kepercayaan meninggal.
Tanggal 4 Maret, Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro SH
berpulang dalam usia 81 tahun. Priyayi Sala lulusan Sekolah
Tinggi Hukum Batavia ini, semula menjabat patih pada Swapraja
Surakarta-1919. Setelah titel meester in de recben didapatnya,
Almarhum diangkat jadi hupati di Sragen. Lalu bergerak dalam
Boedi Oetomo, dan di tahun 1948 mendirikan Partai Indonesia
Raya.
Sebelumnya, tahun 1945 Wongsonagoro diangkat jadi Residen
Semarang. Kemudian gubernur pertama Jawa Tengah. Jabatan-jabatan
yang pernah di mbannya antara lain menteri dalam negeri,
menteri kehakiman, menteri PDK. Di tahun 1953 anggota formatur
kabinet dan kemudian duduk sebagai Wakil Perdana Menteri dalam
kabinet Ali Sastroamidjojo-Wongsonagoro. Tahun 1955 adi anggota
Konstituante, dan tahun 1971 - 1977 duduk sebagai anggota
DPR/MPR.
Dalam pertempuran 5 hari di Semarang Almarhum adalah
satu-satunya gubernur sipil yang turut bergerilya, Segera
setelah Kemerdekaan aktif sekali dalam pelembagaan aliran
kebatinan, yang kemudian dikenal melalui organisasi Badan
Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) dan selanjutnya Sekretariat
KerJasama Kepercayaan (SKK). Ia bahkan ikut pembentukan SKK 1970
di Yogya, kemudian menghadap Presiden untuk beberapa himbauan,
antara lain penetapan 1 Suro sebagai hari hesar Kepercayaan. Ia
juga yang menyatakan bahwa "kebatinan dan ilmu gaib adalah
dwitunggal," dan minta kepada DPR agar menyelidiki khasanah
ilmu gaib ini.
Tapi ia juga pendiri dari Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Bangsawan yang tak pernah mengenal kompromi dengan Belanda ini
ayah dari tujuh orang anak. Salah seorang adalah Soenarso SH,
kini Duta Besar II di Vatikan. Almarhum dimakamkan di pemakaman
keluarga di Desa Perit, Kabupaten Sukohardjo, Surakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo