Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA berkunjung ke Pulau Batam 11 Maret lalu, PM Lee Kuan Yew
berpakaian sederhana: baju lengan pendek, celana abu-abu dan
sepatu coklat -- "Favoritnya," kata seorang yang sehari-hari
dekat dengan dia. PM Lee juga tak lupa mengenakan pet, di Batam
yang hari itu 34 derajat Celcius dan berdebu.
Tapi ketika sampai di Wisma Batam, Sekupang, yang letaknya di
bilangan barat pulau itu, suasana nampak lebih santai. Menjelang
diskusi antara tim Singapura yang dipimpin PM Lee dengan tim
Indonesia yang dipimpin Ketua Otorita Proyek Batam Dr. B.J.
Habibie, maka Ny Hasri Ainun Habibie, 41 tahun, yang ikut ke
Batam terlibat dalam" pembicaraan mengasyikkan dengan PM Lee.
Kami bicara soal generasi muda," kata Ny. Habibie dokter lulusan
FK-UI tahun 1961 itu. "Pak Lee itu penuh humor," katanya. Dan
mereka, menurut. Ny. Habibie, "Setuju bahwa anak-anak itu
membutuhkan kasih sayang orang tua, yang belakangan ini terlalu
banyak mencurahkan perhatian untuk bisnis dan urusan di luar
rumah." Kata Ny. Habibie, yang pernah bermukim di Jerman Barat
jurang generasi dan ketiadaan kasih sayang itu merupakan salah
satu sebab mengapa timbul kelompok radikal seperti Baader
Meinhoff."
Ibu dari dua anak laki-laki ini berperawakan mungil, hari itu
mengenakan rok & blus hijau putih. Make-up-nya pun tipis saja.
Kenapa tidak pakai kebaya "Saya memang mau pakai kebaya dan
sudah saya bawa," jawabnya. Tapi rupanya setiap kali harus naik
turun tangga ferry, sehingga ia merasa repot. "Daripada jatuh
diketawain orang, biarin deh pakai yang santai ini," tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo