Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA pasangan Liem Swie King--Bobby Ertanto terjungkal dikalahkan pasangan Cina, pasangan yang lain Marini-Idris Sardi berkaca-kaca mata mereka. Dan ini bukan karena mereka mengantuk, atau capek memelototi pertandingan lebih dari empat jam ini. "Mereka sudah berjuang semaksimal mungkin. Itu yang lebih penting ketimbang kalah atau menang," ujar Marini terharu. Penyanyi yang gila bulu tangkis ini - di rumahnya ada lapangan bulu tangkis - sudah datang pukul 4 sore di Istora Senayan, Ahad lalu, ketika final Piala Thomas. Ia membawa 120 bendera merah putih ukuran kecil, yang dibagi-bagikan kepada penonton. Marini sendiri memegang bendera besar, juga sebuah ujung saksofon yang dijadikan trompet. Tidak mengherankan, penonton di VIP barat Istora itu paling gaduh. Selain pasangan Marini, juga ada pasangan Dicky Zulkarnaen dan Mieke Wijaya. "Tahan, King, tahan," Marini berteriak-teriak terus tadinya. Tidak capek? "Kapan lagi bisa berteriak seperti ini," ujar Marini. Suaminya, Idris Sardi, malah memimpin koor menyanyikan Halo-Halo Bandung ketika kedudukan berimbang, 2-2, antara Indonesia dan Cina. "Saya ini cinta banget sama bulu tangkis. Saat ini dari dunia olah raga kita hanya bulu tangkis yang punya pamor di dunia internasional." Dukungan Marini tak cuma di lapangan. Sabtu siang pekan lalu, ia membawa tiga susun buah-buahan ke markas pemain Uber Cup. Katanya, itu melambangkan perempat final, semifinal dan final. Kenapa tak ada susunan yang melambangkan juara? "Nanti, jangan mendahului Tuhan," ujar Marini waktu itu. Dan benar, jangan mendahului Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo