Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Semangat Majukan Pendidikan Lewat Forum Dunia

Fathia Fairuza punya keinginan membawa isu pendidikan di meja internasional.

14 Mei 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Fathia Fairuza kerap tampil di berbagai forum internasional.

  • Ia mengelola Shape Your Life yang bikin mentoring gratis kuliah di luar negeri dengan beasiswa.

  • Pernah mengalami masa-masa sulit ketika kuliah S-1 di Jepang.

Impian Fathia Fairuza untuk berbicara mewakili Indonesia dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya tergapai. Pada Maret lalu, dara berusia 24 tahun itu mendapat undangan dari PBB untuk hadir dan berbicara dalam forum internasional, The United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) Youth Forum pada 25-27 April 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fathia, yang kini sedang menempuh pendidikan S-2 di Columbia University, hadir secara langsung di Markas PBB. Dari sejumlah sesi yang dibahas, Fathia berfokus pada pendidikan. Di bidang itu, para panelis menceritakan bagaimana memajukan pendidikan di negaranya masing-masing. "Yang saya sampaikan, di Indonesia itu, akses terhadap pendidikan sudah jauh lebih bagus. Sayang, kualitasnya masih perlu diperbaiki," kata anak muda kelahiran Sidoarjo ini kepada Tempo, Rabu, 10 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam forum, Fathia juga menyampaikan kegelisahannya tentang skill anak muda yang penting untuk dikuasai tapi tak diajarkan di sekolah, misalnya berpikir kritis dan public speaking. Saat ini memang ada banyak organisasi nonprofit yang didirikan anak-anak muda untuk menyediakan pelatihan skill tersebut. Salah satunya Shape Your Life milik Fathia. Namun hal itu belum cukup. Semestinya, kata Fathia, anak muda bisa diajak berkolaborasi dengan pemerintah untuk merancang kurikulum bersama.

"Karena enggak mungkin kita kerja sendiri tapi enggak di-support pemerintah, padahal ini goal pemerintah mau generasi emas 2045," ujarnya.

Fathia Fairuza menjadi perwakilan Indonesia di United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) Youth Forum di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, April 2023. Dok. Pribadi

Forum UN ECOSOC tahun ini merupakan kedua kalinya Fathia terlibat sebagai delegasi. Pada 2021, ia juga diundang tapi secara online karena pandemi. Tahun lalu, Fathia juga ikut dalam forum PBB lainnya yang membahas seputar pendidikan.

Kepedulian Fathia terhadap isu pendidikan tak terlepas dari pengalamannya. Alumnus SMA Negeri 1 Sidoarjo ini mengalami keterbatasan dalam mengakses informasi dan kesempatan belajar di luar negeri. Ia justru harus menelusurinya sendiri atau datang ke edufair di Surabaya bersama ibunya. Bahkan, mencari mentor yang bisa membimbingnya mendapatkan beasiswa juga susah.

Kerja kerasnya pun terbayarkan. Fathia berhasil meraih beasiswa dari Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Jepang, untuk melanjutkan studi S-1 jurusan hubungan internasional. Atas capaiannya ini, Fathia berkomitmen untuk berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi anak-anak Indonesia.

Dalam memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak Indonesia, Fathia punya misi untuk bisa bekerja di Markas PBB. Ia ingin membawa isu ini ke meja internasional, lalu mendiskusikan dan merancang bersama solusinya. Sebab, PBB punya peran besar dalam kemajuan pendidikan. "UN bagus sebagai payung aku menyuarakan suaraku," ucapnya.

Untuk mencapai hal itu, Fathia pun melanjutkan studi S-2 dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ia mengambil jurusan human rights di Columbia University. Bagi Fathia, pendidikan merupakan hak asasi. "Mau dia miskin, kaya, dari ras apa pun, agama apa pun, itu hak dasar mereka yang dipenuhi sama negara."

Fathia sendiri sudah mengenal PBB sejak SMA karena aktif mengikuti Model United Nations (MUN), yaitu simulasi sidang konferensi PBB. Sampai kuliah di Jepang pun, ia pernah mendapat undangan mengikuti MUN di Malaysia pada 2019.

Fathia Fairuza berpidato sebagai penerima Ando Momofuku Honors Prize saat wisuda di Jepang, September 2022. Dok. Pribadi

Prestasi Fathia bukan hanya seputar hadir dalam forum-forum internasional. Dalam bidang akademik, ia pernah menerima penghargaan Ando Momofuku Honors Prize pada September 2022, Ritsumeikan Trust Award pada Februari 2022, gelar juara nasional Jepang dalam International Humanitarian Law pada November 2021, dan peringkat 4 Asia Cup International Law Moot Court Competition pada Agustus 2021.

Kemudian Fathia juga diganjar Academic Merit Scholarship pada Juli 2021 karena meraih IPK tertinggi. Saat masih duduk di bangku SMA pun, Fathia pernah mengikuti pertukaran pelajar ke Spanyol. Ia menetap di Madrid selama setahun pada 2016-2017 dan akhirnya menguasai bahasa Spanyol.

Anak pertama dari lima bersaudara ini juga aktif berorganisasi. Misalnya ia pernah menjadi Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 1 Sidoarjo. Ketika kuliah di Jepang, ia menjabat Ketua Persatuan Pelajar Indonesia di Ritsumeikan APU, dan kini menjadi anggota Columbia Indonesian Society.

Di tengah kesibukannya kuliah di luar negeri, Fathia mengelola Shape Your Life, organisasi nonprofit yang didirikannya pada 2020. Melalui organisasi ini, Fathia menyediakan mentoring secara gratis bagi para pelajar di bangku SMA, khususnya di pelosok daerah, agar bisa diterima di kampus-kampus luar negeri dengan beasiswa. Hingga kini, kata Fathia, lebih dari 20 siswa yang pernah dibimbing organisasinya telah berkuliah di kampus top dunia dengan beasiswa dari pemerintah.

Tiap sebulan sekali, Fathia juga mengadakan konsultasi gratis via Zoom. Selain dia, mentornya merupakan relawan Shape Your Life yang sedang kuliah di luar negeri. Organisasi ini juga menghimpun donasi untuk membiayai tes bahasa Inggris hingga pendaftaran kuliah bagi pelajar kurang mampu.

Dengan segudang prestasi dan kegiatan yang dilakoninya, bukan berarti Fathia meraihnya tanpa hambatan. Ia mengungkapkan bahwa masa-masa sulitnya terjadi ketika kuliah S-1. Ketika itu, beasiswa yang ditanggung pihak kampus hanya untuk membiayai SPP kuliah. Sedangkan biaya hidup harus ditanggung sendiri.

Fathia sempat menerima beasiswa biaya hidup ini pada semester awal. Namun, pada semester berikutnya, ia gagal mendapatkannya. Dengan demikian, mau tak mau, Fathia harus berjuang mencari dana sendiri untuk hidup di Negeri Sakura itu. Misalnya ia pernah bekerja membersihkan kampus sebelum masuk kelas. Kemudian pada Sabtu, ia bekerja sebagai room service di hotel. Saat libur panjang pada Desember dan tahun baru, Fathia bekerja di kebun karena sedang musim panen sayur.

"Itu berat banget. Apalagi S-1 kan padat banget jadwalnya," kata dia. Masa-masa itu pun dapat dilaluinya. Fathia juga berhasil menjadi wisudawan terbaik Ritsumeikan APU pada September tahun lalu.

FRISKI RIANA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus