Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GEMA kemerdekaan, di hari-hari sekitar perayaan HUT Proklamasi ini, juga ada di balik tembok penjara. Setidak-tidaknya pekikan merdeka itu muncul berulang-ulang dari mulut Arswendo Atmowiloto. Bekas Pemred Monitor ini kebetulan menjadi MC pada perayaan proklamasi di Rutan Salemba, Rabu pekan lalu. Ratusan napi, tahanan, dan petugas menyambut pekikan merdeka itu. Inilah pentas musik siang hari yang begitu berarti bagi penghuni penjara. Ada penyanyi Ruth Sahanaya, Titi Dwijayati, Jelly Tobing, dan pelawak Jayakarta Group. Ada juga grup tari Fantastic Dolls. Arswendo, yang juga penghuni di situ, rupanya sudah tahu "humor penjara". Sebelum memanggil Fantastic Dolls ke panggung, ia berteriak, "Hidup Pak Sugeng, biar dapat remisi." Sugeng Handrijo yang dimaksudkan itu adalah Kepala Rutan Salemba. Lalu Arswendo juga berteriak yang lain. "Hidup PDI," ujarnya lantang. Para tahanan kaget sebentar lalu tertawa setelah teriakan berlanjut, "Partai Dicky Iskandar Di Nata." Bekas Wakil Dirut Bank Duta yang disebut-sebut itu, yang juga sedang dalam status tahanan, tertawa lebar. Dicky Iskandar Di Nata memang jadi bintang. Berpenampilan seperti atlet dengan jins warna krem, T-shirt putih, dan sepatu kets putih, ia menerima hadiah lomba pesta kemerdekaan antar tahanan, mewakili Blok A untuk juara pertama bola voli. "Saya ikut semuanya, bola voli, sepak bola, tarik tambang," katanya dengan senyum cerah. Semua tahanan berwajah cerah. Di bawah alunan lagu dangdut "Katakan, katakan padanya, aku rindu ..." yang dibawakan Ruth Sahanaya, para tahanan berjoget bebas. Mereka memang lebih suka lagu dangdut dan lagu rock ketimbang pop. Suasana makin meriah ketika Titi Dwijayati muncul dengan lagu Get Back-nya Beatles. Di bawah terik matahari, para tahanan benar-benar memanfaatkan kesempatan untuk berjoget. Apalagi ketika Titi berduet dengan Kepala Rutan Sugeng Handrijo, mendendangkan lagu Marilah Kemari, tak kurang Dicky ikut berjoget bersama seorang karyawati rutan. Melihat Dicky yang bersemangat, Titi langsung teriak, "Sekarang giliran Mas Dicky." Dicky, tanpa ragu-ragu, langsung naik panggung menyumbangkan suaranya. Sayang, tidak semua tahanan bisa bergembira karena para hakim tidak mau kompromi. Di sela-sela alunan musik terdengar pengumuman, "Yang ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat supaya berkumpul di depan." Beberapa tahanan harus hadir dalam sidang pengadilan, siapa tahu hakim "memerdekakan" mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo