Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FLORES Room, Hotel Borobudur Jakarta, 22 Juni lalu disulap jadi
duplikat Balairung Keraton Yogyakarta. Malam itu acara Sri
Sultan Hamengku Buwono IX . Mengenakan setelan jas warna dongker
dengan setangkai bunga di dada kiri, Sri Sultan jadi tuan rumah
dalam acara selamatan bangkitnya kembali PT Bank Dagang Nasional
Indonesia (BDNI).
Sri Sultan adalah Presiden Komisaris Kehormatan BDNI, bank
devisa (berdiri 1945 ) yang beberapa tahun lalu dilanda kemelut
keuangan dan terlibat utang sekitar US$ 30 juta kepada bank-bank
luar negeri. Itu akibat skandal semasa kepemimpinan Dir-Ut
Paulus Wibowo (TEMPO, 20 September 1980). Tapi "semuanya
sekarang sudah beres," kata pemimpin berusia 67 itu sambil
membuka tangannya lebar-lebar .
Dihadiri sekitar 1000 undangan, dengan alunan gamelan yang
mengiringi suara merdu seorang waranggana, pertemuan malam itu.
Juga diisi dengan perkenalan dua orang tamu dari Prancis Louis
Buttary dan Pierre Meraud -- oleh Sri Sultan. Keduanya adalah
tokoh Bank Societe Generale, milik pemerintah Prancis.
Adalah bank Prancis itu yang memberi napas baru kepada BDNI,
berupa pinjaman sebanyak US$ 10 juta (sekitar Rp 6 milyar)
sebagai modal. Bertindak sebagai Dir-Ut BDNI yang baru adalah
Sjamsul Nursalim, seorang pengusaha yang masih muda di Jakarta
dan klien lama Societe Generale.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo