Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK seperti penyair bir kita Sutardji Calzoum Bachri -- yang
hanya mengaku-aku Leopold Sedar Senghor adalah "presiden
penyair" yang sesungguhnya. Paling tidak, selama 20 tahun ia
berhak memakai sebutan begitu.
Tapi kini, sesudah ia berhenti jadi presiden Republik Senegal,
Afrika -- jabatan yang dipangkunya sejak negeri itu merdeka
1960 -- Desember tahun lalu, tentu saja ia hanya penyair. Dalam
usia 74 tahun, "saya sekarang terbahagia," ujarnya di vilanya
yang besar di pantai Laut Atlantik. Tak ada lagi hal-hal yang
mengharuskannya meninggalkan keasyikannya membaca dan menulis.
Salah seorang bapak gerakan 'Negritude' -- gerakan yang
menanamkan kebanggaan bagi kaum kulit hitam yang pernah
memimpin 5« juta rakyatnya itu kini merasa hidupnya telah
"penuh". Kalau ia tak pernah menjadi politisi, katanya, "tentu
saya sudah menulis sajak lebih banyak lagi." Tapi, tambahya,
"tentu semuanya kurang pekat dan kurang berarti."
Baru-baru ini ia menterjemahkan sajak penyair Inggris
favoritnya: T.S. Eliot, Gerard Manley Hopkins, Dylan Thomas dan
William Butler Yeats. Kumpulan sajaknya sendiri, yang ke-7,
diterbitkan 1979.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo