Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Student company SMAN 81 Cipinang Melayu, Jakarta Timur, menjuarai Junior Achievement Asia Pacific Company of the Year (AP COY) di India pada Juni lalu.
Para pelajar itu membuat tas dari ban bekas.
Berupaya mengurangi ban bekas, terutama agar tidak menjadi limbah dan dibakar.
Naura Tsabita Wibowo menggenggam tas selempang kulit berwarna hitam saat ditemui di SMA Negeri 81, Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Tas bikinan murid sekolah itu tidak terbuat dari kulit sintetis yang baru diolah, melainkan dari ban bekas. Naura dan kawan-kawan menggunakan ban dalam mobil, truk, dan bus, juga kadang-kadang sepeda motor. “Kami mulai produksi setahun lalu,” kata Naura kepada Tempo di lokasi, Senin, 4 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Naura merupakan President Director Sievasco, perusahaan siswa (student company) SMAN 81. Model perusahaan ini merupakan program yang dibuat oleh yayasan Prestasi Junior Indonesia (PJI), bagian dari Junior Achievement, lembaga nirlaba ekonomi global yang berpusat di Amerika Serikat. Dari program tersebut, Naura bersama beberapa rekannya membuat produk utama, yakni tas dari limbah ban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Darris Loveri Syah, Vice President of Production Sievasco, ide ini berasal dari keseharian para anggota yang melihat tingginya mobilitas masyarakat pengguna kendaraan bermotor, khususnya bus dan truk, yang jumlah bannya lebih banyak. “Apalagi sekarang ada imbauan agar mengganti ban setiap lima tahun,” kata Darris. Hal itu membuat ancaman limbah ban semakin besar sehingga mendorong mereka menguranginya dengan memanfaatkannya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.
Dikutip dari laman Kementerian Perindustrian, Indonesia disebut sebagai penghasil karet alam terbesar kedua di dunia dengan produksi mencapai 3,5 juta ton per tahun. Adapun industri ban merupakan industri yang paling banyak menyerap karet alam. Meningkatnya produksi dan penggunaan juga berdampak pada banyaknya ban bekas. Ban-ban bekas tersebut dapat mencemari lingkungan apabila tidak diolah.
Naura Tsabita Wibowo (kiri) dan Darris Loveri Syah menunjukkan tas hasil produksi mereka yang terbuat dari ban bekas di SMAN 81 Jakarta Timur, 4 September 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat sepanjang 2022 terdapat 2.168 ton sampah karet. Ban berbahan dasar karet jenis polimer sintetis polistiren (polystyrene) tidak dapat dengan mudah didaur ulang sehingga pengolahan limbahnya harus dilakukan secara tepat agar tidak merugikan lingkungan. “Membakar karet hanya akan menimbulkan polusi udara,” ujar Darris.
Selain membawa misi penyelamatan lingkungan, Sievasco menghadirkan produk mereka sebagai kampanye alternatif penggunaan bahan tas kulit selain kulit hewan. “Kami sering melihat tas-tas branded yang menggunakan kulit hewan,” kata Sheila Nabila, anggota Sievasco.
Sejak ide tersebut dikembangkan pada September 2022, para anggota Sievasco, yang terdiri atas 20 orang, mulai mencari ban bekas yang bisa digunakan. Sebagian ban bekas mereka dapatkan dari perusahaan ban yang bersedia mendonasikan produk yang gagal, dan sebagian lagi dari pengepul ban loakan. Para siswa ini juga mendesain sendiri tas-tas ini dengan mempelajari model-model tas kekinian, seperti tas selempang, clutch (tas tangan), dan tas laptop.
Darris, pimpinan produksi Sievasco, mengatakan mereka membentuk tim riset dan pengembangan untuk desain. Proses awalnya adalah membuat prototipe produk. Saat ban tiba di tangan, bagian tersulitnya adalah menyiasati karet ban yang umumnya memiliki bau khas kurang sedap. Darris dan kawan-kawan tidak ingin melakukan proses pengolahan lagi. Mereka ingin bahan baku ban bekas asli langsung dijahit. “Kalau diolah lagi, bisa menghasilkan buangan-buangan limbah lain,” kata dia.
Student company itu kemudian beberapa kali mencoba menghilangkan bau hingga akhirnya menemukan cara menggunakan alkohol dan cologne gel pada ban sebelum dan sesudah proses penjahitan. “Untuk menjahitnya, kami memakai vendor,” ujar murid kelas XII itu.
Jadinya tas bukan berarti akhir dari tugas. Setelah produksi selesai, mereka berusaha mengenalkan produk daur ulang tersebut. Selain menggunakan media sosial, tim berkolaborasi dengan beberapa merek, seperti Bumi Langit, media waralaba pahlawan super Indonesia, dengan membuat tas bermotif pahlawan dalam film Virgo and the Sparkling.
Sievasco juga berkolaborasi dengan jenama fashion ELMWE hingga akhirnya tas karya mereka turut dibawa para model melenggok dalam peragaan Indonesia Fashion Week 2023 pada Februari lalu. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa ini tidak hanya mempertimbangkan unsur ramah lingkungan, tapi juga desain yang kekinian.
Dibuat oleh pelajar, tas dari ban bekas itu juga memiliki harga pelajar alias murah. Satu tas dibanderol mulai Rp 175 ribu hingga Rp 275 ribu dan dijual di situs web mereka. Sejauh ini, lebih dari 500 kilogram ban bekas telah mereka pakai untuk menghasilkan tas-tas yang sebagian besar dijual di pasaran atau kepada keluarga. Salah satu keunggulan tas mereka adalah sifatnya yang lebih kuat dan tahan air.
Tas berbahan dasar limbah ban kreasi siswa SMAN 81 Jakarta. Dok. Sievasco
Student company milik SMAN 81 ini berhasil memenangi tiga kategori dalam Junior Achievement Asia Pacific Company of the Year (AP COY) Competition yang diselenggarakan di India pada 1 Juni lalu. Tas karet mereka dinobatkan sebagai Product of the Year, video pengenalan mereka sebagai Best Business Video, dan mereka juga meraih predikat Best Student Company 2023. Dengan demikian, Sievasco akan mewakili Asia-Pasifik dalam penganugerahan tingkat global, De La Vega Global Entrepreneurship Award, dan akan berkompetisi dengan perusahaan pelajar lain dari beberapa negara di dunia.
Rifqiyati, guru SMAN 81 sekaligus pembimbing Sievasco, berharap student company itu tidak hanya menawarkan produk dan pesan yang terkandung di dalamnya, tapi juga menginspirasi siswa SMA lain. “Karena entrepreneurship biasanya identik dengan SMK,” kata Rifqiyati. Dia berharap ide-ide yang dibawa siswanya dapat membantu penyerapan tenaga kerja dan memunculkan pengusaha muda setelah mereka lulus nanti.
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo