Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Takut Media Massa

Ibu Tien dalam acara jumpa pers dengan pimpinan gerakan Pramuka, mengemukakan lebih suka berbicara dengan teks. Alasannya, takut media massa, kalau salah pasti dimuat di halaman pertama.

8 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBU Tien Soeharto membukakan rahasianya, meng apa hari itu ia lebih suka berbicara dengan membaca teks. Dan para pemimpin redaksi pelbagai harian dan majalah pun menyimak baik-baik di aula gedung Departemen Penerangan, Jumat pekan lalu itu -- meskipun Ibu Tien bukanlah pembicara pertama dalam acara jumpa pers dengan pimpinan Gerakan Pramuka itu. Soalnya, baru kali itu agaknya mereka bertemu Ibu Negara dalam acara yang serupa. Bukannya ia tidak bisa berbicara langsung, kata Ibu Tien, jika ia terpaksa membaca teks, tapi karena "dari dulu saya ini penakut kepada media massa". "Kalau saya salah bicara, tambah Ibu Tien, "bisa dimuat di halaman pertama." Segenap hadirin, wartawan, dan para Pramuka, tertawa mendengar pengakuan yang charming itu. Ibu Tien sendiri, dalam pakaian Pramuka putri, sebenarnya tak tampak takut, bahkan santai. Ketika salah satu halaman teks yang dibacanya selip, ia berhenti sebentar, seolah-olah gugup, tapi tertawa kecil. "Nah, betul, 'kan," katanya, "memang takut betul ...." Suasana yang resmi pun cair jadi suasana ramah -- apalagi ketika ada gayung bersambut dari kalangan wartawan. Pemimpin Redaksi Jakarta Post, Sabam Siagian, dalam kesempatan bicara, melepaskan gurau, seakan-akan menjawab Ibu Tien: "Bukan Ibu saja yang takut, kami ini yang takut -- bukan kepada Ibu Soeharto, bukan kepada Pak Menteri Penerangan ...." Lalu kepada siapa Sabam dan para wartawan takut? Rupanya, kepada bawahan Dirjen Pembinaan Pers & Grafika Sukarno S.H., yang "suka menelepon kami ini." Tertawa dan tepuk terdengar lagi, termasuk ketawa lebar dari Menteri Harmoko dan Dirjen Sukarno. Jawab Harmoko cepat, "Telepon itu memang gunanya untuk menelepon ...." Dan para pimpinan Pramuka dari seluruh Indonesia -- yang tampaknya mafhum apa arti "soal telepon-menelepon" itu -- bertepuk lagi. Kali ini, tentu saja, prok-prok-prok, prok-prokprok, prok-prok-prok-prokprok-prok....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus