Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUMAT malam pekan lalu, Guruh Sukarnoputra jadi "pengantin". Tenda dpasang, kursi diatur rapi, dan ratusan tamu datang sejak pukul delapan malam. Mereka disambut cewek-cewek berkebaya hitam dalam iringan gending Jawa yang lamban. "Mana, tuh, pengantinnya?" tanya Taufik Keimas, suami Megawati. Tidak ada pengantin. Sampai memasuki usia 36, Guruh masih sendiri. Tapi pesta ulang tahunnya, yang diselenggarakan anak-anak Swara Maharddhika di rumah Guruh di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, berlangsung meriah. Usai pergelaran tari Serimpi, yang sudah dimodifikasi Guruh, para tamu digiring ke ruang tengah. Di situlah pemotongan tumpeng dilakukan. Setelah Guruh memotong tumpeng, ia menengok kiri-kanan. Kepada siapa tumpeng diberikan? "Tumpeng ini diberikan kepada orang yang paling dikasihi Guruh di tahun 1989 ini," terdengar suara pembawa acara. Lalu disebut nama: Nyonya Benny Moerdani. Istri Menhankam L.B. Moerdani kemudian menerima tumpeng, salaman, cium pipi, dan hadirin bertepuk tangan. Guruh sendiri hanya tetsenyum. "Saya kaget sekali. Saya pikir tumpeng ini diberikan kepada yang muda-muda," kata Nyonya Moerdani, yang hadir bersama putri tunggalnya, Ria. Pak Benny sendiri berhalangan karena ada acara di DPP Golkar. Pesta yang diakhiri dengan pergelaran tari dan nyanyi ini dihadiri berbagai kalangan: artis, pengusaha, pejabat. Dan Guruh sendiri bilang, "Pesta ini biasa-biasa saja."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo