Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AKTOR Vino Bastian sangat tertantang ketika didaulat memerankan sosok Hamka dalam film Buya Hamka besutan sutradara Fajar Bustomi. Untuk menyelami karakter sosok sastrawan dan ulama besar itu, Vino mempelajarinya lewat buku-buku tafsir agama dan novel karya Hamka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dari tulisan-tulisan itu terlihat sekali Buya Hamka ketika muda sangat tegas pendiriannya, dinamis, dan tajam pemikirannya. Ketika memasuki usia senja lebih lembut, sejuk, dan mengayomi. Seperti padi gitu, makin merunduk,” kata Vino kepada Tempo melalui pesan suara WhatsApp, Kamis, 27 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vino menambahkan, pengarang novel Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck itu juga seorang jurnalis yang sangat kritis. Ulama bernama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah tersebut pernah menjadi Pemimpin Redaksi Pedoman Masyarakat di Medan, Sumatera Utara. “Beliau sangat multidimensi,” tutur aktor 41 tahun itu.
Adapun untuk mempelajari cengkok bahasa yang digunakan Hamka, Vino dibantu tiga ahli bahasa Minang. Vino mengungkapkan, ada bahasa Minang yang dipakai sekarang tapi tidak digunakan pada zaman Hamka. "Jadi bukan bahasa Minang yang sekarang, tapi bahasa Minang yang kurang-lebih dipakai pada saat itu,” ujar aktor bernama lengkap Vino Giovanni Bastian ini.
Dari situ tampak perbedaan Hamka berbicara dengan anggota keluarga, para penjajah Jepang dan Belanda, serta tokoh nasional seperti Sukarno. "Itu memang berbeda, terutama dialog-dialog Hamka,” ucap pria berdarah Minang ini.
Vino mengungkapkan, dari hasil risetnya, dia juga banyak menemukan hal yang mungkin jarang diketahui masyarakat dari sosok Hamka. Selain pengarang roman dan penulis tafsir keagamaan, Hamka adalah penulis buku pendidikan anak-anak dan perempuan.
Hamka juga seorang tokoh yang sangat toleran. Vino menerangkan, sikap toleran itu tecermin dari ungkapan-ungkapan ulama tersebut. "Seorang manusia yang beradab adalah yang pandai menghormati orang, sekalipun berbeda pendapat, berbeda keyakinan,” tutur Vino mengutip ungkapan Hamka.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo