Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font size=1>Dipo Alam:</font><br />Mereka Bagai Gagak Berbulu Merpati

7 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dipo Alam bicara bak berorasi. ”Mereka bagai gagak hitam pemakan bangkai tapi berbulu merpati putih,” kata Sekretaris Kabinet itu. Kata-katanya keras, ditujukan ke Forum Lintas Agama, kumpulan tokoh organisasi keagamaan. Tiga pekan lalu, kelompok pimpinan Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadiyah, itu menuding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbohong kepada publik dan ”melanggar konstitusi”.

Aktivis mahasiswa 1975 ini menyatakan, ”Kebenaran dijungkirbalikkan atas nama agama.” Menurut Dipo, 61 tahun, tokoh lintas agama itu merupakan. ”Manusia politik yang melakukan gerakan politik dengan dibungkus pesan moral-agama.” Ia secara khusus menunjuk Din, yang dianggapnya pongah.

Dimintai tanggapan, Din mengatakan Dipo mengalihkan perhatian dari isu substantif ke nonsubstantif, bahkan personal. Ia menganggap pernyataan Dipo merupakan. ”Kekerdilan sikap politik birokrat yang cenderung menjilat atasan.”

Dipo juga menangkis serangan terhadap Yudhoyono tentang gaji presiden. Menurut dia, komentar yang muncul menyimpang dari konteks pembicaraan Presiden. Berbicara di depan para jenderal Tentara Nasional Indonesia, kata dia, Presiden justru minta mereka memperhatikan para prajuritnya. Sebab, pemerintah baru bisa memberikan remunerasi secara bertahap. ”Salah besar kalau dikatakan Presiden mengeluh,” ujarnya.

Ia juga geregetan dengan pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam ulang tahun Nasional Demokrat, yang menyatakan aksi massa di Tunisia dan Mesir bisa terjadi di Indonesia. Dipo menganggap Yudhoyono tak menumpuk harta dan tak ingin berkuasa selamanya—seperti pemimpin dua negara itu. Di tengah serangan kepada Presiden, Dipo mengatakan kecewa, menteri-menteri dari partai politik tak berusaha membela Yudhoyono. Ia menyatakan telah menyurati mereka agar aktif bicara ketika Presiden diserang.

Kepada Budi Setyarso, Setri Yasra, Sunudyantoro, dan Oktamandjaya Wiguna dari Tempo, Dipo mengatakan siap meladeni semua serangan ke Presiden. ”Orang mungkin bilang saya menjilat. Tidak, saya tak punya ambisi apa pun,” katanya dalam wawancara hampir dua jam di kantornya, Rabu malam pekan lalu.

Kami mendapat informasi, Presiden kecewa karena para menteri tak membantu menghadapi serangan. Anda diminta Presiden melakukannya?

Tidak kepada saya langsung. Beliau prihatin: apa-apa ke SBY, sedikit-sedikit ke staf khusus Presiden. Saya koordinator staf khusus. Kalau komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat bilang staf khusus Presiden adalah striker, saya adalah Alfred Riedl, pelatih tim Indonesia. Saya terpaksa turun tangan, kasihan striker terus-terusan main. Kalau ada apa-apa, saya langsung telepon menteri. Presiden meminta, kalau mereka tidak menjalankan tugas, saya yang mengingatkan.

Anda berharap para menteri dari partai politik tampil ke depan seperti Anda?

Harusnya iya, cukup di bidang yang mereka tangani. Kalau Presiden dikatakan pembohong dan amoral oleh Din Syamsuddin, menteri dari partai politik harus ngomong.

Bukankah ini kesalahan Presiden dari awal yang memilih menteri tak capable dari partai?

Saya tak bisa menilai menteri capable atau tidak. Tapi, kalau Presiden dibilang pembohong, mereka harus bicara. Buat apa mereka diam enak-enak saja. Jadi menteri mau, tapi membela Presiden tidak. Saya kesal, jangan hanya Presiden yang menjawab terus. Jangan menunggu Presiden memerintah mereka.

Anda berharap mereka proaktif?

Iya! Koalisi bukan soal bagi-bagi kekuasaan. Kalau kita ingin genuine coalition, satu ditembak, semua merasakan. Satu disabet, semua merasa sakit. Sekarang, apa-apa SBY.

Mustahil berharap seorang menteri melawan partainya sendiri. Menteri Agung Laksono, misalnya, tak mungkin melawan Aburizal Bakrie?

Saya tidak tahu dalam hal apa harus melawan. Bagaimanapun, Aburizal anggota koalisi.

Soal Aburizal, bagaimana sebenarnya hubungannya dengan SBY?

Aburizal mengatakan kepada saya, Golkar merupakan satu-satunya partai—selain Partai Demokrat—yang akan mempertahankan SBY sampai 2014. Ya, saya percaya. Kalau hantam-hantaman kan rugi.

Aburizal selalu berhitung untung-rugi?

Saya tidak tahu. Ia sampaikan, apa pun yang terjadi, Golkar akan mendukung SBY sampai 2014.

SBY rutin bertemu Aburizal?

Tidak, buat apa sering-sering bertemu?

Benarkah keduanya saling sandera? Aburizal memegang kartu Century, dan SBY menyimpan perkara Gayus?

Kami tak pernah khawatir soal Bank Century, dan tak pernah merasa disandera kasus ini. Silakan kepolisian, kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi membuktikan kasus Century. Kalau mau memakai pengadilan internasional juga boleh. Silakan. Pak SBY dan Pak Boediono tidak pernah takut. Kenapa harus merasa disandera?

Kasus Gayus?

Ya, semua orang tahu, omongan Gayus tidak bisa dipercaya. Soal kasus pajaknya, silakan pengadilan memproses. Presiden tidak pernah mendorong-dorong.

Bukankah melalui Satgas, SBY terus mendorong kasus ini?

Ya, tapi yang ditangani Satgas bukan hanya soal Gayus. Presiden bilang percaya penuh pada Satgas, dan itu tidak ada hubungannya dengan kasus pajak Aburizal. Masyarakat saja yang melihat ini bagian dari bargaining position.

Anda diutus Presiden bertemu Aburizal?

Saya tidak ditugasi, tapi saya yang mengambil inisiatif. Ketika pernyataan Denny Indrayana, Sekretaris Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, mengundang reaksi keras, saya ambil inisiatif bertemu Aburizal. Kalau memang perlu ada koreksi, saya akan koreksi Denny.

Apa kata Aburizal?

Itu rahasia sayalah.... I know how to cook.

Anda menegur Denny setelah itu?

Saya minta dia mengurangi bicara kepada media, bekerja saja untuk memberantas mafia hukum. Apakah itu karena Aburizal? No.

Benarkah Golkar minta tambah kursi menteri?

Aburizal tidak membicarakan hal itu. Saya bicara tentang Denny Indrayana.

Yang paling getol menyerang SBY kan politikus Golkar. Presiden terganggu?

Saya yakin Pak SBY tidak merasa terganggu. Masyarakat juga tidak bodoh. Sepertinya mereka mau bikin Presiden ridiculous sehingga Presiden bereaksi. Cara-cara mereka memang picisan. Tapi itu kan belum tentu dari Partai Golkar.

Dulu, serangan ke SBY bisa ditangkal Jusuf Kalla. Peran itu tak bisa dilakukan Wakil Presiden Boediono?

Tidak juga. Orang itu berbeda-beda. Saya yakin Pak Boediono mempunyai daya tarik dengan kesederhanaan dan kesahajaannya. Beliau bersih. Pak JK juga punya kelebihan.

Mengapa SBY menganggap serius serangan padanya, toh pada 2014 tak bisa mencalonkan lagi. Bukankah lebih baik menjawabnya dengan tindakan, misalnya memilih Jaksa Agung yang tegas?

Beliau sudah menyeleksi banyak calon. Coba sebutkan, siapa calon yang menyenangkan publik?

Bambang Widjojanto, misalnya?

Kami dukung dia ke KPK.

Setelah tak terpilih di DPR, bisa saja dia diangkat menjadi Jaksa Agung....

Saya mencalonkan Bambang. Tapi Presiden punya pertimbangan lain. Beliau kan juga menerima masukan dari Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, juga Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Saya senang Pak Bambang Widjojanto, tapi bukan berarti saya benci Pak Basrief Arief (Jaksa Agung sekarang). Ini masalah politik yang luas, Presiden punya pertimbangan sendiri.

SBY tak bisa maju lagi, apakah dia punya calon, misalnya Ani Yudhoyono atau adik iparnya, Pramono Edhie Wibowo?

SBY pernah bilang, kalau bisa jangan dari keluarganya. Tapi tak tahu apa yang terjadi pada 2014. Kalau rakyat minta ada keberlanjutan atas keberhasilan beliau, ya sah saja. Kalau nanti pada 2013 ada keinginan masyarakat yang besar, dan orang itu berasal dari Partai Demokrat atau salah satu keluarganya, apakah beliau bisa melawan? Kalau membahana dukungan agar keberhasilan SBY dilanjutkan orang yang sepaham, kan tidak bisa dilawan.

Dukungan bisa dimobilisasi, dan itu gampang dilakukan SBY….

Oh, iya! Tapi beliau diam saja, atau istilah Pak Harto: lengser keprabon madeg pandhito.

Peredaran buku Ani Yudhoyono di sekolah-sekolah tidak berkaitan dengan hal ini?

Buku pengayaan itu isinya contoh pedoman perilaku atau budi pekerti. Bu Ani kan juga tokoh. Beliau mengikuti Presiden terus. Apakah beliau jelek selama ini? Kan tidak? Kecuali kalau Bu Ani pekerjaannya hanya bersolek, ini kan enggak. Beliau turun tangan langsung. Buku itu juga tidak datang dari beliau atau Pak SBY. No way! Kenapa sih begitu takut dengan Bu Ani?

Mungkin karena dia dianggap bisa menjadi lawan tangguh pada 2014?

Begitu? Saya sih bilang: amien. Saya hormat pada Pak SBY dan saya pandang dia pemimpin yang pintar. Kalau masyarakat mendukung orang yang beliau pilih, kan sah-sah saja. Orang yang bicara hanya mereka yang ketakutan sama Bu Ani.

Ani Yudhoyono selalu terlibat dalam pemerintahan SBY?

Ya, selalu terlibat. Kawan-kawan di Dewan Kehormatan, Gelar, dan Tanda Jasa pernah mengusulkan agar Bu Ani diberi Bintang Mahaputra, tapi Pak SBY bilang jangan. Menurut dia, belum waktunya. Dia tahu, kalau Bu Ani dapat Bintang Mahaputra, akan banyak yang cerewet. Padahal Ibu Ainun Habibie pernah dapat Bintang Mahaputra dari Pak Habibie. Pak Taufiq Kiemas kan juga dapat anugerah bintang dari Megawati. Apa bedanya dengan Bu Ani?

Dipo Alam Lahir: Jakarta, 17 November 1949 Istri: Ninik Setyawati Anak: Dian Adiwaskitarini, Indrika Amalia Pendidikan: 1978: Sarjana Kimia, Fakultas MIPA Universitas Indonesia | 1983: Master of Engineering Management, The George Washington University, Amerika Serikat | 1984: Professional Degree, Industrial and Engineering Management, The George Washington University, Amerika Serikat | 1989: Doctor of Science, The George Washington University, Amerika Serikat Karier: 1975: Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia | 2000-2006: Deputi Menteri Koordinator Perekonomian | 2006: Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Berkembang, D-8, di Istanbul, Turki. | 2010: Sekretaris Kabinet

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus