TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Yoris Raweyai mengatakan, pembelian situs jejaring sosial Path oleh Aburizal Bakrie tidak hanya bertujuan bisnis, tapi juga untuk mendongkrak elektabilitas Ical, sapaan akrab Aburizal, menjadi calon presiden.
"Itu sah-sah saja dan tidak dilarang," kata Yoris melalui telepon selulernya, Senin, 13 Januari 2014. "Selama tidak melanggar peraturan yang diberlakukan KPU."
Baca Juga:
Jejaring sosial yang kini merajai aktivitas masyarakat, Yoris mengatakan, sudah jamak digunakan politikus atau partai politik untuk meningkatkan elektabilitasnya. Bukan hanya Golkar saja. "Partai politik modern harus mampu membuat image baik agar masyarakat bisa berpartisipasi, bukan lagi mobilisasi masyarakat," kata dia.
Indonesia memang menjadi sasaran empuk bagi bisnis media sosial. Dan salah satu aplikasi jejaring sosial yang sedang naik daun di Indonesia adalah Path. Aplikasi media sosial ini berjalan pada perangkat mobile dan memungkinkan penggunanya berbagi lagu, video, pesan, serta foto.
Media sosial yang satu ini membatasi jumlah teman hanya sampai 150 orang per akun. Melihat tingginya pengguna Path di kalangan anak muda Indonesia, Bakrie Global Group pun menyuntikkan dana segar sebesar US$ 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar.
Yoris mengatakan, Path mampu berfungsi maksimal untuk mendongkrak elektabilitas Ical selama situs ini diolah dengan strategi yang matang. Misalnya, kata dia, situs ini bisa menampilkan ketokohan seorang Ical, produk yang pernah ditelurkan Ical, maupun prestasi-prestasinya. "Saat ini partai politik termasuk Golkar tersandera dengan berbagai macam masalah, tetapi namanya juga berusaha," ujarnya.
Yoris mengakui cukup berat untuk mendongkrak elektabilitas Ical sejauh ini. Hasil survei menunjukkan, selama dua tahun Ical melakukan kampanye, elektabilitas Ketua Umum Golkar itu tidak meningkat secara maksimal. Berbanding terbalik dengan elektabilitas Partai Golkar yang malah menjulang lebih tinggi. "Ini persoalan yang perlu kami evaluasi," ujarnya.
TRI SUHARMAN
Terpopuler:
Busyro: Anas Memang Tak Bawa Ember
Bos Lion Air Jadi Wakil Ketua Umum PKB
PDIP Tak Ingin Ada Kader Dompleng Jokowi
Rhoma Irama Sebut Densus 88 Kurang Profesional
Mengapa KPK Tolak Anas Bawa Makanan Sendiri?