TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, mengatakan tak mengerti apa yang dipikirkan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri terhadap dirinya.
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo terkait dengan perjanjian Batu Tulis yang, menurut dia, telah disepakati Megawati dan dirinya. Prabowo menanyakan apa kesalahan yang telah dia lakukan sehingga PDIP tak memenuhi perjanjian Batu Tulis. Menurut Prabowo, perjanjian Batu Tulis merupakan perjanjian resmi yang dilakukan dua tokoh politik dari dua partai besar.
Dalam perjanjian tersebut, Prabowo diminta untuk menjadi calon presiden mendampingi Megawati pada Pemilu 2009. Timbal baliknya, Megawati berjanji mendukung Prabowo sebagai capres pada Pemilu 2014. Prabowo mengatakan perjanjian itu adalah kesepakatan resmi. Pada saat itu, PDIP dan Gerindra merasa memiliki banyak kecocokan, terutama semangat kebangsaan dan nasionalisme.
Namun kini, hubungan PDIP dan Partai Gerindra merenggang pasca-Megawati memberi mandat pada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi calon presiden. Mandat tersebut dinilai mengkhianati isi perjanjian Batu Tulis. (Baca: Petinggi PDIP: Tidak Ada Perjanjian Batu Tulis)
Untuk mempertegas berlakutidaknya perjanjian itu, Prabowo mengaku sudah berkali-kali meminta bertemu Megawati. Namun belum juga terwujud. "Kalau manusia dan berada di posisi saya, kira-kira apa yang saya rasakan?" kata Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Ahad, 16 Maret 2013.
Prabowo merasa selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan Megawati dan PDIP. "Kalau memang harus diakhiri, saya berharap saya diberi tahu," ujarnya. "Saya menghormati beliau (Megawati)." (Baca: Megawati Tunjukkan Surat Mandat Jokowi Nyapres)
FRANSISCO ROSARIANS
Topik terhangat
Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century
Berita terhangat:
Siapa Capres Demokrat yang Bisa Saingi Jokowi?
Sinyal Malaysia Airlines Masih Ada 6 Jam Setelah Hilang
Fakta dan Misteri Raibnya Malaysia Airlines
Disindir Ruhut, Jokowi: Sudah Beribu Kali Diejek