TEMPO.CO , Bengkulu - Isti Januarini, seorang pedagang ayam potong di Bengkulu, tidak mau ketinggalan meramaikan pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif pada 9 April mendatang. Dia memutuskan maju karena menilai selama ini kebijakan pemerintah tidak berpihak ke pedagang kecil.
"Saya cuma ingin, nasib para pedagang bisa lebih baik, tidak seperti sekarang kami seperti bola pingpong," kata calon legislatif DPRD Provinsi Bengkulu dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), acara diskusi yang diadakan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, Jum'at 28 Maret 2014.
Dia mengaku tujuannya hanya agar ada suara perempuan dan pedagang yang bisa masuk dalam sistem pemerintahan. Selama ini, dia merasa pemerintah dalam pembuatan kebijakan tidak pernah berpihak kepada masyarakat kecil, salah satunya pedagang usaha kecil dan menengah.
Isti mencontohkan kebijakan pemerintah kota dalam memindahkan pedagang Pasar Pagi KZ Abidin ke Pasar Barukoto. Pedagang sangat dirugikan dalam hal ini, hingga saat ini tidak ada angkutan umum yang masuk ke pasar, sehingga tidak ada pembeli yang datang.
Dia menyatakan siap mundur jika tidak dapat memberikan kontribusi kepada pedagang secara khusus dan masyarakat Bengkulu secara umum. "Meski nanti menjadi Anggota DPRD saya akan tetap berjualan ayam potong, mengapa tidak?, memang ini profesi saya, lembaga DPRD hanya tempat berjuang," katanya. "Jika ingin uang, yah dari jualan ayam." (Baca : 22 Laporan Politik Uang di Kampanye Jawa Barat)
Akademisi dari Universitas Hazairin Bengkulu Himawan Ahmed Samsi menilai kontestasi politik 2014 lebih terasa dibanding pemilu sebelumnya. Pemilu kali ini memiliki keberagaman, profesi, gender dan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. (Baca : Angka Keterwakilan Perempuan di Parlemen Terus Meningkat)
PHESI ESTER JULIKAWATI
Terpopuler
Kenapa Asuransi Warga Amerika di MH370 Lebih Besar
Aburizal Bakrie Berkukuh Lapindo Tidak Bersalah
Daftar Biro Haji dan Umrah Bodong