TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah caleg perempuan tiap menjelang masa pemilu memang diharapkan bisa terus meningkat guna memenuhi kuota 30 persen keterwakilan mereka di kursi legislatif. Namun rupanya pemilih perempuan masih banyak yang tidak memilih caleg perempuan.
Bagi Olga Lidya, 37 tahun, hal tersebut bukan masalah besar. Menurut dia, siapa pun itu, baik perempuan ataupun laki-laki, jika memang layak menjadi wakil rakyat, layak untuk dipilih. Hal mendasar untuk dijadikan landasan seseorang layak dipilih bukan berdasarkan gender.
"Saya lebih berpikir bahwa mau laki-laki atau perempuan yang penting visi-misinya baik dan logikanya benar. Saya enggak utamakan pemilih perempuan harus memilih caleg perempuan," kata Olga saat ditemui Tempo di kawasan Medan Merdeka, Jakarta, Minggu, 30 Maret 2014.
Kurang populernya para caleg perempuan bisa menjadi salah satu indikasi mereka kurang mendapat perhatian untuk dipilih. "Saya enggak tahu ini salahnya di mana, partainya atau apa. Tapi, kalau kita lihat juga beritanya, caleg perempuan ini memang kurang banyak," kata Olga. Secara umum orang akan lebih mudah memilih sosok yang sudah dikenal atau setidaknya diketahui lewat media.
"Kita bisa kenali calon dari tulisannya. Dari situ kita bisa tahu logika berpikirnya dan gagasan yang ingin coba ia sampaikan," katanya. (Baca: Menteri Linda Serukan Pilih Caleg Perempuan)
Namun kesempatan bagi caleg perempuan untuk mengisi kursi wakil rakyat perlu diberikan guna membuktikan kesejajaran tanpa menggunakan keperempuanannya untuk dapat dipilih. "Saya berharap caleg laki-laki pun kelak bisa juga ikut memperjuangkan dan peduli urusan perempuan," kata Olga.
AISHA
Berita Terpopuler
4 Perwira Pengeroyok Dokter TNI AU Jadi Tersangka
Dokter TNI AU yang Dianiaya Diajak Tutup Kasus?
Kecewa Jokowi, Pro-Mega Boikot Kampanye PDIP
KPK Soroti Fasilitas Pesawat Dipakai Kampanye SBY