Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, mengingatkan masyarakat agar menjaga asupan air selama perjalanan kembali ke kota asal seusai merayakan Lebaran di kampung halaman.
Ari meminta para pemudik lebih waspada, terlebih tersiar kabar bahwa belasan pemudik meninggal dalam kemacetan arus mudik di Brebes, Jawa Tengah. Banyak yang menduga mereka meninggal karena kelelahan. Pada Senin, 4 Juli 2016, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memprediksi kematian belasan pemudik selama kemacetan tersebut disebabkan oleh kondisi kesehatan pemudik yang kurang baik.
Menurut dokter yang melakukan praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini, perjalanan jauh, apalagi harus berlama-lama di tengah kemacetan, membuat pemudik rentan terkena dehidrasi. Ari menjelaskan, ketersediaan air yang terbatas dan sulitnya buang air kecil membuat seseorang dalam perjalanan cenderung malas minum.
"Tentu ini akan memperberat kondisi dehidrasi yang terjadi. Belum lagi jika mereka berada di dalam kendaraan ber-AC dan dengan sirkulasi udara yang tidak baik," kata Ari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 9 Juli 2016.
Di sisi lain, kata Ari, udara yang terlalu dingin atau terlalu panas akan membuat kulit kering sehingga tidak bisa mempertahankan air dari dalam tubuh. Akibatnya, tubuh mudah mengalami dehidrasi. "Jadi bisa ditebak. Jika kita berada puluhan jam di ruang ber-AC, kita akan mudah jatuh dalam kondisi dehidrasi," ujarnya.
Ari menuturkan, orang yang tidak mempunyai penyakit kronis mungkin akan kuat menghadapi kondisi dehidrasi. Namun, untuk orang tua dengan penyakit kronis, seperti sakit jantung atau sakit paru-paru, dehidrasi menjadi sangat berbahaya.
Menurut Ari, orang tua mempunyai kepekaan terhadap rasa haus yang rendah. Dehidrasi membuat jantung berdetak lebih cepat, mengalami sakit kepala, dan emosinya meningkat. "Bisa saja menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran," ujarnya.
Selain itu, nutrisi dan asupan elektrolit yang rendah, juga kondisi stres di tengah perjalanan akibat berjam-jam terjebak macet dapat memperburuk kondisi kesehatan pemudik, terutama bagi mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan. Stres, kata Ari, akan meningkatkan kecemasan dan membuat jantung berdetak lebih cepat, serta meningkatkan kadar asam lambung. Buat penderita darah tinggi, Ari Menjelaskan, stres membuat tekanan darah dan kadar gula darah meningkat.
"Buat saya sebagai dokter, kejadian ‘macet horor Brebes’ ini menjadi catatan tersendiri buat saya ke depannya untuk berpikir dua kali mengizinkan pasien-pasien usia lanjut saya yang akan mudik Lebaran ke Jawa melalui jalan darat," kata Ari. Kelelahan, menurut dia, pasti akan terjadi, apalagi mereka tidak dapat beristirahat dengan optimal karena kemacetan terjadi di tengah jalan tol yang tidak memungkinkan setiap saat berhenti seenaknya di bahu jalan.
Untuk mengantisipasi kemacetan serupa terjadi saat arus balik, Ari mengingatkan para pemudik untuk menyiapkan makanan kecil dan minuman yang cukup selama perjalanan. "Tetap pertahankan minum 2 liter dalam 24 jam. Jika di dalam perjalanan kita banyak berkeringat, jumlah air minum harus ditingkatkan," katanya.
Siapkan juga buah-buahan seperti jeruk, apel, atau pir. Buah bisa menjadi sumber kalori, air, serat, vitamin, dan mineral. "Tetap minum setiap 2 jam walau kita tidak haus. Arus balik pasti tidak separah arus mudik tapi tetap harus diantisipasi," katanya.
ARKHELAUS W.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini