Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima hari menjelang Lebaran, kepadatan penumpang di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, lebih tinggi dibandingkan hari biasa pada Minggu, 12 Juli 2015. Dalam sehari, ribuan orang pulang ke kampung halaman dari terminal ini.
Para penjual jasa tukar uang tak ingin melewatkan kesempatan untuk meraup untung. Lebaran yang juga identik dengan bagi-bagi uang dan kebahagiaan untuk anak-anak ini dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang memakai tas selempang kanvas dengan model sama.
"Ya, lumayan, sehari bisa untung Rp 500 ribu," kata Yulia, 55 tahun. Saat Tempo temui di Terminal Pulogadung, Ahad, 12 Juli 2015, ia tengah memisahkan uang pecahan Rp 10 ribu ke dalam plastik kecil. Setiap plastik berisi sepuluh lembar uang Rp 10 ribu.
Berita Angeline Dibunuh
KASUS ANGELINE: Inilah Teror yang Menghantui Saksi Kunci
Duh, Si Ayah Kandung Pernah Diminta Ngaku Menculik Angeline
Setelah itu, Yulia mengambil uang pecahan Rp 20 ribu, menghitungnya sampai berjumlah sepuluh helai, lalu memasukkannya ke dalam plastik kecil. Dalam satu kali transaksi, keuntungan yang diraup sebesar Rp 15-200 ribu. Minimal transaksi Rp 100 ribu.
Saban kali bertransaksi Rp 100 ribu dengan peminat, keuntungan yang Yulia dapatkan berkisar Rp 5-20 ribu. "Dalam sekali transaksi terkadang mereka tukar banyak macam pecahan, jadi untungnya banyak," ujar Yulia.
Ada dua cara mengambil keuntungan. Pertama, dengan mengurangi jumlah lembaran. Misalnya, tukar Rp 200 ribu jadi pecahan Rp 20 ribu, lembaran yang akan diberikan bukan sepuluh tapi sembilan. Otomatis, konsumen mendapat Rp 80 ribu dan Yulia mendapatkan Rp 20 ribu. Jika konsumen menukar Rp 400 ribu, secara otomatis konsumen mendapatkan 18 lembar uang Rp 20 ribu.
Misteri Kasus Akseyna
MISTERI AKSEYNA UI: 3 Bulan Mati, Akun @akseyna Hidup Lagi
MISTERI, Akun @akseyna: Saya Janji Balas Perbuatan Kalian
MISTERI AKSEYNA UI: Si Ayah Penasaran @akseyna Mencuit
Cara kedua adalah menghitung jasa. "Kalau tukar jadi Rp 10 ribu, upah per Rp 100 ribu adalah Rp 10-15 ribu," tuturnya. Ia menuturkan kebanyakan konsumen memilih cara kedua karena uang yang ditukar utuh jumlahnya.
"Juga biasanya pasti menawar dulu. Kadang konsumen enggak tahu kalau saya juga keluar modal enggak sedikit buat ini, setiap Rp 100 ribu modalnya Rp 110 ribu," ucap Yulia. Ia mengatakan yang paling dicari adalah uang pecahan Rp 2.000 dan Rp 5.000.
"Kalau agak pelit biasanya, kan, mereka ngasih ke anak kecil cuma Rp 2.000," kata Yulia. Karena itu, menurut Yulia, harga jasa pecahan Rp 2.000 paling mahal. "Kalau ini modalnya saja Rp 20 ribu setiap Rp 100 ribu." Artinya, untuk setiap pecahan Rp 100 ribu, ia harus membayar Rp 120 ribu.
Selama menjajakan jasa tukar uang baru, ia mengaku belum pernah diprotes ihwal keaslian uang tersebut. "Saya jamin ini asli soalnya ada segel bank," ujarnya. Setiap pagi ada pengepul besar yang menjual uang tersebut. "Saya beli Rp 2 juta biasanya."
DINI PRAMITA
Berita Terpopuler
Hendropriyono: Pelapor Tempo Palsu
Pemred Tempo Tanggapi Laporan Kader PDIP ke Polisi
Kapolri: Pelapor Tempo Seharusnya ke Dewan Pers
Sensasi Foto Bareng Pedang Zulfikar Milik Ali bin Abi Thalib
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini