Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menjelaskan, potensi tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang adalah hasil simulasi yang masih perlu diuji validitasnya. Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya mengatakan BMKG telah memetakan potensi kerawanan tsunami di Tanah Air sejak 2001.
"Tim BMKG sudah mengeluarkan peta potensi kerawanan tsunami sejak 2001, bahkan sebelum tsunami Aceh terjadi," ujarnya di Jakarta, Kamis, 5 April 2018.
Dia menjelaskan, daerah yang berpotensi rawan tsunami adalah sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, selatan dan utara Nusa Tenggara. Selain itu, di utara Papua, pantai timur Manado dan Maluku, pantai utara Sulawesi, serta pulau-pulau kecil di Kepulauan Ambon.
Baca: Alasan BMKG Minta Kawasan Puncak Harus Bebas dari Pembangunan
"Sampai saat ini, saya rasa masih sesuai. Kami evaluasi peta itu sejak 2001 sampai sekarang," ucap Jaya.
Mengenai isu potensi tsunami setinggi 57 meter yang akan terjadi di Pandeglang, BMKG mengatakan hal itu sebenarnya masih merupakan hasil modeling penelitian para pakar dan perlu diuji validitasnya.
Potensi tsunami di Jawa bagian barat yang dimaksud adalah hasil kajian akademis awal dari simulasi model komputer menggunakan sumber tsunami dari gempa bumi di tiga titik potensi gempa bumi megathrust, yaitu Enggano, Selat Sunda, dan Jawa Barat bagian selatan.
Skenario terburuk dari total enam skenario adalah jika gempa terjadi secara bersamaan di tiga titik potensi gempa dan dengan skala tertinggi 9 skala Richter (SR). Skenario tersebut, apabila dibuat simulasi permodelan, akan menimbulkan tsunami yang dahsyat.
Baca: Gempa di Laut Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Hasil simulasi model komputer dari skenario terburuk ini mengindikasikan ketinggian tsunami di wilayah pantai utara Jawa bagian barat maksimum mencapai 25 meter dan di wilayah pantai barat-selatan maksimum 50 meter.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini