Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Bencana alam tsunami Banten atau disebut juga tsunami Selat Sunda masih menyisakan cerita dramatis bagi sebagian korbannya. Salah satunya, Faris Erlando, 9 tahun, warga Bojonggede, Bogor.
Dia tidak menyangka perjalanan liburan dirinya bersama sang kakak, Faisal Asami (14) dan ayahnya Nursamsu (44) harus berakhir mencekam.
Baca : Dua Anggota Rombongan RSUD Tarakan Korban Tsunami Belum Ditemukan
Saat ditemui Tempo dirumahnya di Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Faris menceritakan momentum saat dirinya diterjang tsunami, terseret air, hingga akhirnya selamat. “Aku ikut ayah acara kantornya sama kakak, ibu nggak ikut, dan nginep di Villa Sthepanie,” kata Faris, Selasa, 25 Desember 2018.
Anak kedua dari dua bersaudara tersebut mengatakan, dia berangkat pada Sabtu 22 Desember 2018 bersama sang ayah dan kakaknya bersama rombongan keluarga besar karyawan RSUD Tarakan, Jakarta Utara yang kurang lebih berjumlah 80 orang.
Sesampai di lokasi, Faris dan kakaknya meletakkan barang bawaan di kamar jatahnya. “Aku lupa kamarnya. Pokoknya abis itu langsung makan dan ikut kegiatan bapak,” kata Faris.
Saat malam kian larut, Faris memutuskan memisahkan diri dari acara resmi ayahnya yang sedang melaksanakan acara hiburan yakni pembagian doorprize. Hanya kakaknya yang berada disamping sang ayah mengikuti acara tersebut.
“Aku lagi main HP di ruang tamu, sama anaknya bu Iis sama bu Iis (teman sang ayah). Tiba-tiba ada angin kencang,” kata Faris. Foto aerial kerusakan akibat Tsunami di kawasan Carita, Banten, Jawa Barat, Senin, 24 Desember 2018. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Dalam hitungan detik, Faris yang sedang duduk diatas karpet tersebut mendadak tergulung karpet dan terombang-ambing saat air laut datang setelah angin kencang melanda.
“Udah nggak tahu lagi rasanya. Pokoknya aku berusaha untuk cari pegangan tapi nggak bisa. Terbawa arus terus,” tutur Faris.
Setelah terombang-ambing sekian menit, Faris baru tersadar. Rupanya dirinya terdampar di sebuah jalan raya yang terbuka. Dia segera mencari-cari pertolongan.
“Nggak tahu itu dimana, pokoknya aku minta tolong. Terus ada ibu-ibu bawa anak, aku ikutin saja,” kata Faris mengenang detik dramatis di malam gulita tersebut.
Selang tak lama, untunglah dirinya bertemu sang kakak Faisal Asami yang tengah berlumuran darah. “Aku langsung ditolong orang, dibawa ke rumah sakit,” ujar Faris yang baru mengetahui belakangan adalah Puskesmas Carita.
Simak pula :
Tsunami Banten, Wali Kota Rahmat Effendi: 61 Warga Bekasi Selamat
Diketahui, bencana tsunami Selat Sunda (disebut juga tsunami Banten) menerjang tiga kawasan yakni Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan pada Sabtu 22 Desember 2018 malam sekitar 21.30 WIB yang diduga akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
Hingga Selasa 25 Desember 2018, Badan Nasional Penqanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam peristiwa tsunami Banten atau tsunami Selat Sunda itu, sebanyak 429 orang meninggal dunia, 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.082 orang mengungsi. Juga sebanyak 882 unit rumah, 73 unit hotel dan villa, 434 unit perahu, serta 60 unit warung dan toko serta puluhan kendaraan rusak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini