Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Cerita Korban Tersapu Tsunami Banten dan Tersadar Ada di Jalanan

Bencana tsunami Banten masih banyak menyisakan cerita dramatis bagi sebagian korbannya, salah satunya Faris Erlando, 9 tahun, warga Bojonggede, Bogor.

26 Desember 2018 | 04.01 WIB

Kondisi porak poranda villa dan penginapan di sepanjang jalan Carita hingga Anyer, Banten, Selasa, 25 Desember 2018. Tiga hari setelah tragedi tsunami Selat Sunda, kondisi sepanjang jalan Carita hingga Anyer seperti kota mati. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Kondisi porak poranda villa dan penginapan di sepanjang jalan Carita hingga Anyer, Banten, Selasa, 25 Desember 2018. Tiga hari setelah tragedi tsunami Selat Sunda, kondisi sepanjang jalan Carita hingga Anyer seperti kota mati. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Bencana alam tsunami Banten atau disebut juga tsunami Selat Sunda masih menyisakan cerita dramatis bagi sebagian korbannya. Salah satunya, Faris Erlando, 9 tahun, warga Bojonggede, Bogor.

Dia tidak menyangka perjalanan liburan dirinya bersama sang kakak, Faisal Asami (14) dan ayahnya Nursamsu (44) harus berakhir mencekam.
Baca : Dua Anggota Rombongan RSUD Tarakan Korban Tsunami Belum Ditemukan

Saat ditemui Tempo dirumahnya di Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Faris menceritakan momentum saat dirinya diterjang tsunami, terseret air, hingga akhirnya selamat. “Aku ikut ayah acara kantornya sama kakak, ibu nggak ikut, dan nginep di Villa Sthepanie,” kata Faris, Selasa, 25 Desember 2018.

Anak kedua dari dua bersaudara tersebut mengatakan, dia berangkat pada Sabtu 22 Desember 2018 bersama sang ayah dan kakaknya bersama rombongan keluarga besar karyawan RSUD Tarakan, Jakarta Utara yang kurang lebih berjumlah 80 orang.

Sesampai di lokasi, Faris dan kakaknya meletakkan barang bawaan di kamar jatahnya. “Aku lupa kamarnya. Pokoknya abis itu langsung makan dan ikut kegiatan bapak,” kata Faris.

Saat malam kian larut, Faris memutuskan memisahkan diri dari acara resmi ayahnya yang sedang melaksanakan acara hiburan yakni pembagian doorprize. Hanya kakaknya yang berada disamping sang ayah mengikuti acara tersebut.

“Aku lagi main HP di ruang tamu, sama anaknya bu Iis sama bu Iis (teman sang ayah). Tiba-tiba ada angin kencang,” kata Faris.

Foto aerial kerusakan akibat Tsunami di kawasan Carita, Banten, Jawa Barat, Senin, 24 Desember 2018. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Dalam hitungan detik, Faris yang sedang duduk diatas karpet tersebut mendadak tergulung karpet dan terombang-ambing saat air laut datang setelah angin kencang melanda.

“Udah nggak tahu lagi rasanya. Pokoknya aku berusaha untuk cari pegangan tapi nggak bisa. Terbawa arus terus,” tutur Faris.

Setelah terombang-ambing sekian menit, Faris baru tersadar. Rupanya dirinya terdampar di sebuah jalan raya yang terbuka. Dia segera mencari-cari pertolongan.

“Nggak tahu itu dimana, pokoknya aku minta tolong. Terus ada ibu-ibu bawa anak, aku ikutin saja,” kata Faris mengenang detik dramatis di malam gulita tersebut.

Selang tak lama, untunglah dirinya bertemu sang kakak Faisal Asami yang tengah berlumuran darah. “Aku langsung ditolong orang, dibawa ke rumah sakit,” ujar Faris yang baru mengetahui belakangan adalah Puskesmas Carita.
Simak pula :
Tsunami Banten, Wali Kota Rahmat Effendi: 61 Warga Bekasi Selamat

Diketahui, bencana tsunami Selat Sunda (disebut juga tsunami Banten) menerjang tiga kawasan yakni Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan pada Sabtu 22 Desember 2018 malam sekitar 21.30 WIB yang diduga akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Hingga Selasa 25 Desember 2018, Badan Nasional Penqanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam peristiwa tsunami Banten atau tsunami Selat Sunda itu, sebanyak 429 orang meninggal dunia, 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.082 orang mengungsi. Juga sebanyak 882 unit rumah, 73 unit hotel dan villa, 434 unit perahu, serta 60 unit warung dan toko serta puluhan kendaraan rusak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karier jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus